Berita Bali

Jin dan Pandangan Hindu Akan Keberadaannya

Jika di daerah lain dikenal istilah jin, maka di Bali disebut wong samar, kemangmang, regek tunggek, tonya, memedi, dan lain sebagainya

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Putu Supartika
FOTO ILUSTRASI. Ogoh-ogoh Incih Sandikala yang dibuat oleh Sekaa Teruna Eka Manggala Danendra, Banjar Tengah, Kelurahan Peguyangan Denpasar. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Jin dan Pandangan Hindu Akan Keberadaannya.

Dalam kitab Manusmrti I.22 disebutkan bahwa Tuhan telah menciptakan berbagai tingkat dewa, yang memiliki sifat karma.

Kemudian juga diciptakan berbagai tingkat sadhya yang bersifat gaib (halus) dan yajna yang abadi. 

Sehingga jika direntang secara vertikal, akan tampak bahwa makhluk ciptaan Tuhan tertinggi adalah para dewa, yang disusul para pitara atau roh suci leluhur. 

Kemudian tingkatan selanjutnya adalah preta, atau calon pitara.

Baru makhluk hidup yang bernama manusia.

Namun di dunia, kerap disebut manusia lah makhluk paling sempurna. 

Setelah manusia, dikenal adanya makhluk sadhya, yang konon posisinya lebih rendah dari manusia.

Yang termasuk ke dalam kelompok sadhya ini, adalah bhuta (bhutani) dengan sifat pemarah serta sering menganggu. 

Termasuk pula di dalamnya adalah raksasa, yaksa, naga, yathudana, dan pisaca.

Raksasa maupun bhuta digambarkan menyeramkan atau menakutkan.

Pisaca adalah raksasa namun ukurannya lebih kecil. 

Ada pula kelompok asura, yaitu kelompok untuk semua jenis roh.

Memiliki sifat bertentangan dengan para dewa.

Yang termasuk ke dalam kelompok asura adalah danawa dan daitya.

Sehingga jika di daerah lain dikenal istilah jin, maka di Bali juga memiliki istilah tersendiri. 

Umumnya orang Bali mengenal makhluk halus ini, dengan sebutan wong samar, kemangmang, regek tunggek, tonya, memedi, dan lain sebagainya.

Semua makhluk ini memiliki peringai berbeda-beda, sesuai dengan jenisnya. 

Jin di Bali, dikenal dengan sebutan makhluk hana tan hana, atau ada dan tiada.

Namun mereka pula merupakan ciptaan Tuhan untuk memenuhi keseimbangan alam semesta.

Sehingga manusia sebagai makhluk paling sempurna, diharapkan memberi sedekah kepada mereka yang tak sempurna berupa yadnya sesa seperti saiban dan segehan.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved