Serba Serbi
Warna Merah Darah Kain Geringsing, Berikut Penjelasannya
“Kekhasan kain ini tidak lepas dari teknik pembuatannya, yaitu double ikat atau ikat ganda. Antara pakan dan lungsi dimodif sebelum ditenun,” jelasnya
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, KARANGASEM – Berbicara tentang Desa Adat Tenganan Pangringsingan, memang akan selalu menarik.
Pasalnya desa kuno ini, memang menyimpan banyak kisah unik yang menarik untuk diulas.
Salah satunya yang sangat terkenal, adalah kain geringsing asli sana. Kain tenun ini bahkan telah terkenal hingga mancanegara.
Putu Suarjana, Kelihan Desa Adat Tenganan Pangringsingan, menjelaskan kain geringsing adalah kain khas yang kerap digunakan sebagai sarana upacara di Tenganan.
“Kekhasan kain ini tidak lepas dari teknik pembuatannya, yaitu double ikat atau ikat ganda. Antara pakan dan lungsi dimodif sebelum ditenun,” jelasnya kepada Tribun Bali beberapa waktu lalu.
Baca juga: Bangkitkan Kejayaan Tenun Gianyar, Pengusaha Dilatih Berbisnis Modern
Baca juga: Belida, Senjata Pusaka Berbentuk Alat Tenun Milik Raja Bangli
Sehingga pada saat menenun, ada tingkat kesulitan yang lebih dibandingkan pembuatan kain lainnya.
Tak hanya itu, proses menenun kain geringsing membutuhkan waktu cukup lama.
Apalagi dari sisi pewarnaan memakai warna alam. Seperti untuk warna merah, diambil dari kulit akar mengkudu.
Kemudian untuk warna kuning dari minyak kemiri, serta warna hitam dari daun taum (indigofera).
“Warna alam inilah yang kian membuat kain geringsing memiliki nilai lebih. Namun tentu saja dengan warna alami ini pula membutuhkan waktu cukup lama. Untuk itu di dalam proses pembuatan kain geringsing minimal memakan waktu dua tahun untuk satu proses,” jelasnya. Untuk satu proses, dalam satu ikatan kain yang kecil maksimal untuk enam kain.
Sedangkan untuk membuat kain yang besar, maksimal mendapatkan lima pcs kain dalam satu proses
. Untuk kain yang cukup besar dan lebih besar, maka setidaknya membutuhkan waktu sekitar 7-9 tahun.
Bahkan semakin lama semakin bagus. Tentu saja, kata dia, dalam proses yang serba manual dan alami ini tidak bisa secepat dengan mesin ataupun bahan kimia.
Proses dan ketekunan inilah, yang membuat harga kain geringsing mahal di pasaran.