PENYAKIT GINJAL Kronik dan Gangguan Ginjal Akut, Kenali Gejalanya dari Mual hingga Sesak Napas
PENYAKIT GINJAL Kronik dan Gangguan Ginjal Akut, Kenali Gejalanya dari Mual hingga Sesak Napas
TRIBUN-BALI.COM - PENYAKIT GINJAL Kronik dan Gangguan Ginjal Akut, Kenali Gejalanya dari Mual hingga Sesak Napas
Apa itu gangguan ginjal akut?
Apa itu penyakit ginjal kronik?
Apakah gangguan ginjal akut dan penyakit ginjal kronik berbeda?
Topik seputar kesehatan ginjal menjadi topik yang sering ditanyakan sekaligus dicari-cari orang.
Banyak yang terlambat memahami pentingnya kesehatan ginjal ketika sudah memasuki fase kronis.
Dilansir dari Kompas.com, penyakit ginjal menjadi penyebab kematian ke-10 di Indonesia, dengan jumlah kematian melebihi angka 42 ribu pertahun.
Oleh karena itu, pemahaman tentang kesehatan ginjal, gejala penyakit ginjal, hingga perjalanan sakit ginjal perlu diketahui sejak dini,
Seperti diketahui, ginjal salah satu organ vital dalam tubuh manusia berfungsi membuang sisa metabolisme dalam tubuh.
Sebagai informasi, semua proses dalam tubuh akan dibuang melalui hati dan ginjal.
Pembuangan dari ginjal disalurkan melalui urin, sedangkan pembuangan dari hati dibuang melalui anus.
Selain memproduksi urin, ginjal juga berfungsi menjaga keseimbangan cairan, seperti saat suhu udara dingin maka tubuh akan lebih sering membuang air kecil, sedangkan jika suhu udara panas maka akan merasa kekurangan cairan.

Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefir) dr Zulkhair Ali menyampaikan, apabila ginjal tidak berfungsi maka akan terjadi gagal ginjal.
Penyakit ginjal yang paling umum dialami yaitu batu ginjal, infeksi ginjal, radang ginjal, ginjal karena diabetes, ginjal karena hipertensi, ginjal karena lupus, dan ginjal karena polkistik.
Penyakit-penyakit tersebut dapat menurunkan fungsi ginjal, di mana fungsi ginjal terbagi menjadi dua, yaitu gangguan ginjal akut dan penyakit ginjal kronik.
Pada penyakit ginjal kronik, terdapat fase akut non kronik.
“Yang menarik adalah pada penyakit ginjal akut, gejala pada pasien terlihat berat sekali tapi bisa sembuh sempurna. Sedangkan penyakit ginjal kronik itu pasien tidak merasakan apapun, tidak ada gejala, tapi ketika sudah berat akhirnya harus cuci darah dan tidak bisa disembuhkan kembali,” jelas Zulkhair dalam keterangan tertulis di laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dikutip Kompas.com, Selasa (22/3/2022).
Ia menambahkan, penyakit ginjal kronik menjadi masalah kesehatan global dikarenakan prevalensi gagal ginjal semakin hari semakin meningkat.
Tak hanya itu, penyakit ini bersifat progresif dan tidak bisa sembuh kembali, tingkat mortalitas yang tinggi, dan memakan biaya mahal.
Gejala penyakit ginjal
Mendeteksi dini penyakit ginjal dimulai dengan mengenali penyebab-penyebab sakit ginjal, yang paling sering terjadi dikarenakan hipertensi, diabetes, dan radang ginjal.
Adapun terdapat beberapa gejala dari penyakit ginjal kronis, seperti:
Mual, Gatal-gatal, Sesak napas, Anemia, Hipertensi.
Namun, gejala-gejala penyakit ginjal tersebut baru muncul setelah tahap lanjut atau stadium lanjut.
Gejala penyakit ginjal juga sebetulnya tidak spesifik untuk penyakit ini saja.
Deteksi dini dapat membantu mencegah penyakit ginjal sejak dini dan mencegahnya berkembang menjadi kondisi yang lebih parah hingga gagal ginjal.
Pada stadium awal, gejala penyakit ginjal sama sekali tidak terlihat atau tidak terasa.
Untuk itu, diharuskan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala.
Pemeriksaan secara rutin terutama dilakukan bagi orang yang memiliki faktor risiko penyakit ginjal, seperti usia di atas 50 tahun, penderita diabetes, penderita hipertensi, perokok, obesitas, dan riwayat keluarga penyakit ginjal.
“Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap 1 tahun,” papas Zulkhair.
Perjalanan penyakit ginjal
Perlu dilakukan mencegah penyakit ginjal kronik dengan cara mendeteksi sedini mungkin.
Idealnya, pencegahan dilakukan dari fase normal, yaitu menskrining orang-orang yang tidak sakit untuk mengetahui adanya faktor-faktor risiko terjadinya penyakit ginjal.
Apabila ditemukan adanya faktor risiko, maka harus dilakukan penurunan faktor risikonya.
Skrining juga dilakukan terhadap pasien-pasien yang sedang mengalami penyakit ginjal.
“Kemudian kalau sudah terjadi kerusakan kita harus melakukan pengobatan, baik melakukan pengobatan terhadap ginjalnya untuk menunda atau memperlambat progresivitas ginjalnya maupun mengobati komorbid yang ada,” jelas Zulkair.
Akan tetapi, jika terjadi gagal ginjal, maka harus dilakukan terapi pengganti ginjal atau transplantasi ginjal.
Sebagai tambahan, pemerintah telah menunjuk Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai koordinator untuk pengembangan jejaring rumah sakit untuk pelayanan penyakit ginjal.
“Kita sudah mencoba membuat jejaring rumah sakit untuk pelayanan penyakit ginjal, dan beberapa rumah sakit diharapkan bisa mengampu rumah sakit-rumah sakit daerah untuk bisa memampukan dirinya lebih baik,” ujar Koordinator Substandi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Kemenkes dr. Theresia Sandra Diah Ratih.
Selain itu, pemerintah telah menyediakan layanan untuk deteksi dini bagi masyarakat minimal setiap 1 tahun sekali baik itu di tingkat RT maupun RW.
Layanan ini dalam bentuk Posyandu untuk usia produktif dan lansia.
“Deteksi dini paling minimal satu tahun sekali. Seluruh masyarakat diharapkan bisa mengakses layanan itu, termasuk juga pengobatan dan konseling untuk faktor risiko penyakit ginjal,” pungkas dia.
(Kompas.com/Mela Arnani)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gejala Penyakit Ginjal, Pencegahan, dan Perjalanan Penyakitnya"