Berita Klungkung

Menelusuri Uma Jarat di Desa Satra, Lokasi Ini Konon Tempat Meninggalnya Penyebar Islam di Klungkung

Menelusuri Uma Jarat di Desa Satra, Hamparan Sawah Yang Konon Lokasi Meninggalnya Penyebar Islam di Klungkung

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Harun Ar Rasyid
EKA MITA SUPUTRA
Batu karang di Uma Jarat yang dipindah ke bantaran Sungai Jinah di Desa Satra, Klungkung, Minggu (24/4). 

TRIBUN-BALI.COM - Suasana sunyi sangat terasa ketika memasuki wilayah Uma Jarat di Desa Satra, Klungkung, Minggu 24 April 2022.

Berdasarkan cerita turun-menurun, di lokasi itu dahulu menjadi tempat meninggalnya seorang utusan penyebar agama islam di Klungkung.

Tidak seperti tempat bersejarah seperti pada umunya. Uma Jarat hanyalah berupa hamparan lahan pertanian, yang lokasinya berada di sisi barat aliran Sungai Jinah.

Bahkan beberapa area di Uma Jarat saat ini sudah beralih fungsi menjadi kawasan perumahan.

Namun berdasarkan cerita turun-menurun, nama Uma Jarat erat dikaitkan dengan seorang utusan penyebar agama islam dari tanah Jawa yang disebut Ratu Gujarat.

Selain hamparan persawahan, beberapa sudut Uma Jarat kini ditumbuhi pepohonan arbesia serta semak belukar. Di lokasi itu ada sebuah batu karang besar yang erat dikaitkan dengan keberadaan Ratu Gujarat.

Namun batu karang besar itu saat sudah dipindah di pinggir jalan didekat Setra (Kuburan) Desa Satra. Diletakan di bantaran sungai Jinah, yang tidak jauh dengan Uma Jarat.

Sebelumnya batu itu terkadang dikunjungi umat muslim untuk berziarah.

“ Itu bukan batu, tapi semacam parangan (baru karang). Posisinya dipindah karena permintaan pemilik lahan. Mengingat lokasi itu (Uma Jarat) merupakan milik pribadi,” ungkap Bendesa Adat Satra, Dewa Ketut Soma, Minggu 24 April 2022.

Bendesa yang juga seorang budayawan di Klungkung tersebut, lalu menceritakan ikhwal kawasan Uma Jarat tersebut, berdasarkan cerita turun menurun dan beberapa sumber literasi yang terdapat dalam babad.

“ Dahulu pada periode islamisasi di Nusantara diutuskan lah seorang tokoh yang disebut dengan berbagai versi nama, kalau disini disebut Ratu Gujarat. Utusan itu diminta menghadap Raja Gelgel masa itu yakni Dalem Waturenggong,” ungkap Dewa Ketut Soma.

Utusan datang bersama beberapa pengikut, dan diutus khusus untuk membujuk Raja Dalem Waturenggong serta warga Kerajaan Gelgel untuk memeluk agama Islam.

Hanya saja upaya itu tidak dapat mempengaruhi Raja Dalem Waturenggong. Sang raja tidak berkenan dan tetap memilih untuk memeluk kepercayaan yang diwariskan oleh leluhur.

“ Karena tidak berhasil mempengaruhi Raja Dalem Waturenggong, utusan itu diminta kembali ke tanah Jawa. Utusan itu dan beberapa pengikutnya lalu menuju ke arah barat daya. Tepatnya di campuhan (pertemuan) antara tukad jinah dan tukang cangkung. Wilayah itulah yang disebut dengan Uma Jarat saat ini," jelasnya.

Diceritakan lah utusan itu meninggal di lokasi tersebut, sementara beberapa pengikutnya diberikan tempat tinggal di wilayah Minggir, disekitar Keraton Kerajaan Gelgel.

" Secara fisik kuburan Ratu Jarat itu memang tidak ada, hanya hamparan sawah. Namun berdasarkan cerita turun menurun, di Uma Jarat itulah lokasi utusan itu meninggal. Namanya sebenarnya Gujarat, namun orang Bali sulit melafalnya sehingga kerap disebut Jarat dan lokasinya disebut Uma Jarat," ungkapnya.

Baca juga: Efek IPU di Bali dan Tegas Tolak Penundaan Pemilu, Rilis LSI Elektabilitas Puan Maharani Naik 3,1 %

Baca juga: SMRC Publish Hasil Survei, Prabowo - Puan Diatas Anies - AHY & Ganjar - Airlangga, Selisih Tipis

Baca juga: POLISI Buru Pemandu dan Turun ke TKP, Usai Viral Video Bule Menari Telanjang Diduga di Gunung Batur

Walau jarang, namun dulu lokasi itu sempat menjadi lokasi warga muslim untuk berziarah. Namun saat ini semakin jarang, karena area persawahan itu merupakan milik pribadi dan sudah beralih fungsi.

Selain itu, di kawasan Uma Jarat ini sebenarnya berdiri juga Pura Pauman. Pura yang diempon Desa Adat Satra ini, erat dikatikan dengan jejak Ratu Gujarat. Sehingga dalam piodalan di pura tersebut tidak menghaturkan banten yang daging babi.

" Pura Pauman itu merupakan Pura Pemujaan Dewi Sri, yang juga lokasi warga untuk meningkatkan spiritualnya. Jika hendak meningkatkan kualitas spiritual, cukup dengan mengkonsumsi daging suci yang dalam hal ini ayam atau bebek," terang Dewa Ketut Soma. (Eka Mita Suputra)

 

 

BERITA LAINNYA

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved