Konflik Rusia vs Ukraina
Diundang Jokowi ke G20, Zelensky Sebut Indonesia Dukung Kedaulatan dan Integritas Teritorial Ukraina
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky sebut Pemerintah Indonesia mendukung kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa badan tersebut menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya tetapi menyerukan kerja sama untuk mengatasi hambatan yang memperlambat pertumbuhan global.
AS Ancam Tak Datang Jika Rusia Tetap Diundang di G20
Invasi Rusia ke Ukraina yang diluncurkan sejak Februari lalu menjadi bola panas yang turut menerjang KTT G20.
Baca juga: Diduga Jual Iphone Bodong, Bule Rusia Diamankan Polsek Kuta Utara
Negara-negara Barat yang selama ini mendukung Ukraina meminta Indonesia mempertimbangkan kondisi yang disebabkan invasi Rusia.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen bahkan sempat mengancam tidak mengikuti sejumlah forum G20 jika Rusia tetap diundang.
Pada 20 April lalu, delegasi AS, Kanada, dan Inggris Raya hengkang dari forum keuangan G20 di Washington ketika delegasi Rusia tengah berbicara.
Ketika Yellen mengancam boikot pada awal April lalu, Teuku Faizasyah menyebut Indonesia enggan mengomentari pernyataan tersebut. Ia juga menambahkan bahwa Indonesia berharap KTT G20 tetap bisa dihadiri seluruh anggota, tak terkecuali Rusia.
Ukraina Tuduh Rusia Peras Eropa
Andriy Yermak, kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelinsky, mengatakan Rusia memulai pemerasan gas Eropa.
“Rusia sedang mencoba untuk menghancurkan persatuan sekutu kami. Rusia juga membuktikan bahwa sumber daya energi adalah senjata. Itulah mengapa Uni Eropa perlu bersatu dan memberlakukan embargo pada sumber daya energi, merampas senjata energi Rusia dari Rusia,” ujarnya dikutip Tribun-Bali.com dari CNA pada Kamis 28 April 2022.
Pada pembicaraan pertahanan di Jerman, Amerika Serikat mengatakan dunia harus melawan invasi Rusia ke Ukraina.
Akibat invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina menyebabkan ribuan orang tewas atau terluka, kota-kota menjadi puing-puing, dan memaksa lebih dari 5 juta orang mengungsi ke luar negeri.
Moskow menyebut tindakannya sebagai "operasi khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis.
Sedangkan, Ukraina dan pihak Barat menyebut ini sebagai dalih palsu untuk perang tak beralasan, merebut wilayah dalam sebuah langkah yang telah memicu kekhawatiran konflik yang lebih luas di Eropa yang tak terlihat sejak Perang Dunia II.
(*)