Human Interest Story

Kisah AKBP Ida Ayu Wikarniti, Kapolres Kawasan Bandara I Gusti Ngurah Rai

Polsek Kawasan Bandara I Gusti Ngurah Rai kini berubah status menjadi Polres Kawasan Bandara I Gusti Ngurah Rai

Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Kapolres Kawasan Bandara I Gusti Ngurah Rai, AKBP Ida Ayu Wikarniti saat ditemui Rabu 27 April 2022 - Kisah AKBP Ida Ayu Wikarniti, Kapolres Kawasan Bandara I Gusti Ngurah Rai 

Sarana dan prasarana juga masih terbatas.

"Tapi sering saya katakan bahwa saya tidak suka berbicara kuantitas, saya lebih suka berbicara kualitas. Artinya kita tetap bersyukur saya diberikan kepercayaan untuk menjadi pimpinan disini, saya harus bisa membuktikan kepada pimpinan mempersembahkan apa yang bisa saya lakukan untuk institusi ini yang terbaik tentunya," tegasnya.

Kedepan saya hanya berpikir bahwa Polres Kawasan Bandara I Gusti Ngurah Rai ini memang bisa berbuat yang lebih besar untuk Bandara khususnya, karena untuk sementara kami masih namanya Polres Kawasan Bandara I Gusti Ngurah Rai artinya wilayah hukum kami masih pada kawasan Bandar Udara.

Di dalam kawasan Bandara banyak stakeholder terkait mulai dari Angkasa Pura I (Persero), Otoritas Bandara Wilayah IV, Imigrasi, Bea Cukai, TNI AU dan lain-lain oleh karena itu kami harus bisa bersinergi dan berkolaborasi disini.

"Bandara Ngurah Rai ini adalah sebagai pintu masuknya Bali, sebagai etalasenya Bali jadi performance kami itu yang akan pertama dilihat oleh dunia internasional terutama karena memang Bandara I Gusti Ngurah Rai itu 40 persen nya penerbangan internasional yang masuk ke Indonesia ada disini," kata AKBP Wikarniti.

Jadi kami dilihat pertama oleh mereka dan mudah-mudahan kami bisa untuk itu.

Tahun 1996 sebagai Sarjana Ekonomi, hampir satu tahun belum bekerja setelah lulus AKBP Wikarniti karena almarhum sang kakek melihat sosok cucunya Ida Ayu Wikarniti cocok untuk menjadi polisi

"Karena saya orangnya agak tomboy gitu jadi kakek saya bilang kamu masuk Polisi aja. Tidak lama kakek saya bilang seperti itu kakek saya meninggal," tutur AKBP Wikarniti.

Pada saat mendaftar SEPA, pilihan pertama saya sebenarnya Kowad, bukan Polwan.

Tetapi pada saat saat kita masuk Akmil di Magelang dari hasil tes psikologi itu penjurusannya masuk ke polisi bukan TNI.

"Waktu itu saya bilang sama orang tua khususnya bapak, jik saya masuknya bukan Kowad tapi Polwan. Kata bapak iya tidak apa-apa bagus tamatnya juga sama kok sama-sama perwira. Akhirnya saya pendidikan pertama pun di Pusdikoad selama 7 bulan, habis itu dilantik di Akmil Magelang 4,5 bulan kemudian baru pendidikan Kematraan di Akpol," imbuhnya.

Satu hal menarik menurutnya sering muncul kalimat 'wah Sarjana Ekonomi bisa jadi Kapolres sekarang'.

Inilah hebatnya sebuah institusi dan mungkin ini bagian dari kesetaraan gender serta pimpinan juga melihat bahwa siapapun punya hak yang sama untuk berkarir dan untuk bersekolah.

Saya bersyukur bisa dapat kesempatan untuk ikut pendidikan sekolah pimpinan menengah atau Sespimen itu meskipun dari sumber SEPA, karena pandangan orang pasti jalurnya Akpol yang bisa masuk ke Sespimen.

"Waktu itu saya sekolah Sespimen dari 250 orang, hanya 6 orang yang hanya Polwan dan satu dari Polda Bali sementara 5 lainnya dari Mabes Polri. Itu kebanggaan saya bisa masuk Sespim dari Polda Bali," ucap AKBP Wikarniti dengan sedikit haru mengingat masa-masa itu.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved