Berita Bali
Harga Daging Sapi Bakal Jatuh, Wabah Penyakit PMK, Pengiriman Ternak Bali ke Jawa Disetop
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak warga di wilayah Jawa Timur, hingga kini belum ditemukan di wilayah Bali.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Misalnya, terkait dengan rencana membuka tol laut dari Bali menuju Semarang. Namun, solusi itu juga dianggap Pemerintah Provinsi Bali sangat mahal dan lama.
Sehingga meminta tetap melintas. “Ya sampai saat ini sesuai imbauan kami tidak bisa menyertifikasi perizinan itu,” ungkapnya.
Ludra menambahkan, bahkan pihaknya sudah mencegah pengiriman sejak Balai Karantina I Denpasar mengimbau untuk pengawasan intensif. Dan para pengusaha pun diimbau tidak melintas. Toh akan menjadi percuma saja, ketika pengusaha mengirimkan sapi dan babi akan tetap diminta putar balik oleh Balai Karantina Ketapang. Dengan begitu, maka pengusaha akan menambah cost dan rugi ketika lewat sampai Pelabuhan Ketapang.
“Para pelaku pengirim ternak sudah sangat mengerti informasi yang diberikan. Karena memang prinsip karantina mencegah penularan penyakit, mencegah masuknya penyakit dan mencegah penyebaran penyakit,” bebernya.
Di Gianyar, peternak sapi setempat masih bisa bernapas lega. Sebab sejauh ini, belum ada tanda-tanda sapi yang terjangkit PMK. Meski demikian, peternak sapi di Gianyar tetap diminta mewaspadai penyakit tersebut, dengan cara menjaga kebersihan sapi dan kandangnya.
Berdasarkan data Tribun Bali, jumlah peternak sapi di Gianyar cukup tinggi. Terlebih lagi di masa krisis ekonomi pasca pandemi Covid-19 tahun 2021, banyak pemilik modal yang menginvestasikan uangnya dalam bentuk sapi.
Selain itu, tak sedikit juga pengangguran atau yang usahanya tak jalan, memilih menjadi tukang 'adas' atau memelihara sapi milik orang lain.
Berdasarkan rekapitulasi Dinas Pertanian dan Peternakan Gianyar, di semester 1 tahun 2021, populasi sapi mencapai 50 ribu ekor. Data tersebut jauh di atas populasi sapi tahun sebelumnya. Tahun 2019 lalu, populasi yang tercatat 47.200 ekor, tahun 2020 naik menjadi 49.100 ekor.
Kepala UPTD Puskeswan Gianyar, Arya Dharma, Jumat 13 Mei 2022 mengatakan, pihaknya mengintensifkan pemantauan tentang kondisi sapi di Gianyar. Hal itu karena populasi sapi di Gianyar cukup tinggi. Namun ia bersyukur, sejauh ini di Gianyar belum ada kasus PMK.
Arya Dharma mengatakan, untuk menghindari PMK, peternak sapi wajib memastikan sapi dan kandangnya bersih. Dia pun bersyukur lantaran hampir semua peternak sapi di Gianyar telah melakukan hal tersebut. Berdasarkan laporan Tim Puskeswan di lapangan, rata-rata peternak sadar akan kebersihan kandang.
“Hasil pantauan kami, peternak sapi, kambing, babi, sudah sadar biosecurity, dan vaksinasi hewan. Jadi para pernak sekarang sudah paham apa yang harus dilakukan. Kami menyarankan, apabila ditemukan tanda-tanda PMK, agar langsung melapor ke Puskeswan," tandasnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Gianyar, Made Raka mengatakan, para peternak telah bercermin dari kasus babi mati massal beberapa tahun silam. Karena itu, begitu adanya isu PMK, mereka telah menerapkan biosecurity. Meski demikian, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi agar peternah sapi tidak lengah.
Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, Jumat (12/5), mengatakan, dampak wabah PMK, menyebabkan hewan ternak Bali yang siap dijual tertahan karena tidak mendapatkan akses masuk ke Banyuwangi.
"Kalau keluarnya masih ada kendala (hewan ternak dari Bali) karena di Provinsi Jawa Timur, terutama di Banyuwangi masih diblok. Saya sudah bersurat ke Badan Karantina Pusat per hari ini (kemarin, Red) surat itu sudah kami layangkan," jelasnya.
Isi surat tersebut agar Badan Karantina mengeluarkan sertifikasi kesehatan hewan. Dan menurutnya alasan diblok karena khawatir hewan ternak dari Bali akan tertular. Pemblokiran tersebut dilakukan sejak 6 Mei 2022 lalu.