Berita Karangasem

Hampir Semua Tanaman Diserbu, Petani di Desa Abang Karangasem Frustasi Hadapi Hama Gayas

Petani di Desa Abang, Kecamataan Abang, Karangasem, Bali mengeluh lantaran  populasi hama  gayas terus meningkat setiap hari.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/Saiful Rohim
Warga Abang, Karangasem, Bali, sedang memburu gayas untuk dikonsumsi. Hal ini terjadi karena gayas merusak tanaman warga, Jumat 20 Mei 2022. 

 

TRIBUN-BALI.COM, KARANGASEM - Petani di Desa Abang, Kecamataan Abang, Karangasem, Bali mengeluh lantaran  populasi hama  gayas terus meningkat setiap hari.

Puluhan hektar tanaman masyarakat rusak parah, tak terselamatkan akibat serangan binatang jenis larva atau uret.

Dewa Rai, petani pepaya asli Abang, mengungkapkan, serangan hama  gayas rutin terjadi di Desa Abang.

Dibandingkan tahun sbelumnya, serangan yang terparah yakni tahun 2022.

Semua tanaman habis dimakan, mulai singkong, pisang, pepaya, ketela rambat, keladi, undis hingga durian.

Baca juga: VIRUS PMK! Tiga Pasar Hewan di Karangasem Tetap Beroperasi

"Yang selamat itu cuma pohon manggis. Mungkin karena akar bergetah. Sedangkan smuanya rusak dimakan hama gayas. Kemarin saya menanam 70 pepaya calina, semua rusak. Tak terselamatkan," ungkap Dewa Rai, Jumat 20 Mei 2022 siang.

Kalau tahun sebelumnya, tanaman yang rusak sekitar 50 persen karena serangan hama gayas.

Untuk tahun sekarang hampir mencapai 80 sampai 90 persen yang rusak.

Petani untuk sementara membiarkan lahan dan kebun kosong sembari menunggu perkembangan gayas.

Baca juga: WADUH! LP Kelas II B Karangasem Makin Overload!

"Saya sampai sekarang belum menanam pepaya. Padahal permintaan dari hotel - hotel  sudah mulai ada.  Kalau dipaksakan menanam, dipastikan merugi."

"Banyak petani yang mengeluhkan serangan hama gayas di kebun," ungkap Dewa. 

Hal serupa diungkapkan, Nengah Sudarma, warga asli Desa Abang.

Hama gayas menjadi momok menakutkan petani di Abang yang populasinya terus meningkat.

Hampir semua tanaman penduduk rusak di makan gayas. Petani sementara memilih untuk tidak bercocok tanaman.

Baca juga: Peternak Karangasem Mengeluh Lantaran Pakan Ternak Babi Naik Drastis

Seandainya dikalkulasi, lahan pertanian dan kebun warga yang diserang mencapai puluhan hektare yang tersebar di beberapa banjar.

Seperti Banjar  Waliang, Abang  Kaler, dan Abang Kelod. Kerugian materiil akibat ini  diperkirakan mencapai jutaan rupiah lantaran bibit mahal.

"Tanaman dan buahnya tak bisa dipanen karena sudah rusak. Warga serta petaninya sempat konsultasi ke Dinas terkait tapi tidak ada solusi. Kemungkinan cara yang paling pas yakni dengan diburu, lalu dimakan," kata  Darma, sapaan akrab. 

Perbekel Abang, I Nyoman Sutirtayana membenarkan serangan gayas sekarang semakin membabi buta dan tidak pandang bulu.

Tanaman apapun dimakan kecuali pohon manggis yang bergetah. Hama gayas terus berkembangbiak. Petani sudah frustasi mnghadapi hama ini.

Sampai sekarang belum ada solusi mengatasai masalah ini. Dinas Pertanian hingga kini belum menemukan strategi cocok untuk menanggulangi.

Untuk sementara, solusi yang pas yakni dengan cara memburu atau dikonsumsinya. Katanya gayas enak dijadikan camilan.

"Ada beberapa warga mencari gayas untuk di makan. Kaatanya enak dipakai lauk pauk. Banyak warga yang mengkonsumsi gayas untuk lauk pauk, dan camilan. Biasanya hama gayas berkembang biak setelah turun hujan," jelas Sutirtaya.

Pihaknya berharap  gayas bisa ditanggulangi. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved