Human Interest Story

Seniman Serba Bisa I Nyoman Suma Argawa Tutup Usia, Tak Sempat Selesaikan Lukisan Tujuh Topeng

Seniman Serba Bisa I Nyoman Suma Argawa Tutup Usia Tak Sempat Selesaikan Lukisan Tujuh Topeng Seniman Serba Bisa I Nyoman Suma Argawa Tutup Usia Tak

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/ Ratu Ayu Astri Desiani
Sumariadi menunjukan karya ayahnya I Nyoman Suma Argawa 

Pada April lalu, Nyoman Suma mengisi hari-harinya dengan melukis gambar tujuh karakter topeng. Lukisan berukuran sekitar 1.5 meter persegi itu ia kerjakan hanya setiap kondisi kesehatanya dirasa membaik. Namun siapa sangka, lukisan itu rupanya menjadi karya terakhir yang belum sempat diselesaikan oleh Nyoman Suma. Mantan Kabid Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng itu meninggal dunia di usia 65 tahun.

"Sejak April itu dia sudah keluar-masuk rumah sakit. Awalnya mengeluh ulu hatinya sakit. Setelah minum obat, sakitnya hilang. Puncaknya Jumat (20/5) kemarin, dia mengeluh pinggang dan lututnya sakit. Saya pijat. Kemudian Sabtu pagi kami berangkat ke Gianyar beli cat untuk lukisannya. Tapi baru sampai di Tamblang, dia mengeluh lututnya sakit lagi, sampai tidak bisa ditahan. Akhirnya kami bawa ke RS, masuk IGD," tuturnya.

Setibanya di IGD, almarhum diberikan berbagai suntikan obat. Dokter kemudian memutuskan Nyoman Suma untuk opname, karena kondisi kesehatannya memburuk. "Jam dua siang, lidahnya seperti kaku tidak bisa bicara. Mau ke WC kakinya sakit. Keluar keringat dingin hingga sesak nafas. Akhirnya dipindahkan ke ICU, karena sudah koma. Malamnya dokter bilang kalau kondisinya sudah drop sekali. Sudah diambil tindakan berupa memompa jantungnya, tapi tetap tidak berdetak, sampai dinyatakan meninggal dunia," ungkapnya.

Sementara anak kedua almarhum bernama Made Sumariadi mengatakan, lukisan tujuh topeng yang dibuat oleh sang ayah itu progresnya baru 80 persen. Ia pun berencana akan menyelesaikan lukisan itu, sebagai kenang-kenangan terakhir karya sang ayah.

Sumariadi menyebut, ayahnya telah menjadi seorang seniman sejak masih kecil. Keterampilan itu diperoleh secara turun-temurun dari kakeknya. Dalam membuat lukisan, Nyoman Suma kerap menggambar ekspresi wajah nuansa Bali, barong dan rangda dengan komposisi warna yang beragam. Selain terkenal dengan lukisannya, Nyoman Suma juga membuat topeng rangda dan barong khas Buleleng. Topeng tersebut menjadi ikon Buleleng, sebab memiliki bentuk yang khas seperti jumlah taring ena buah, bentuk moncong seperti anjing.

Karya lukisan almarhum diungkapkan Sumariadi terjual hingga ke berbagai negara, seperti Belanda dan Jerman. Bahkan lukisan almarhum juga pernah dibeli oleh tokoh-tokoh nasional seperti Megawati, Menteri Juliari Batubara, hingga Mantan Jaksa Agung Marzuki Darusman. Karya lukisannya dijual mulai harga Rp 2 juta hingga Rp 70 juta.

Pada 2021 lalu, almarhum sejatinya hendak menggelar pameran tunggal di Belanda. Ia ingin memamerkan lukisan dan topeng (tapel) hasil dari karya-karyanya. Namun karena pandemi, pameran itu dibatalkan. "Padahal orang dari Belanda sudah datang, mempersiapkan lukisan-lukisan dan tapel yang mau dipamerkan. Bapak juga rencananya nari topeng pas acara pembukaannya. Tapi karena pandemi, pemerannya dibatalkan," ucap Sumariadi.

Setelah tutup usia, masih ada beberapa karya yang tersimpan di rumah. Pihak keluarga memutuskan untuk tidak menjual lukisan-lukisan tersebut, sebab menjadi kenangan dari almarhum. Rencananya, jenazah Nyoman Suma akan diupacarai sesuai dengan ajaran Hindu (aben) pada Selasa (31/5). (rtu)

BERITA LAINNYA

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved