Info Kesehatan

Waspada! Kemenkes Duga Cacar Monyet Bisa Menular Lewat Udara

Kemenkes pun juga berupaya melakukan tindakan pencegahan, agar tidak terjadi penular infeksi virus monkeypox di Tanah Air.

Editor: Sabrina Tio Dora Hutajulu
AFP/CHARLES BOUESSEL
Seorang anak yang terinfeksi cacar monyet mendapatkan perawatan medis di pusat karantina milik Dokter Lintas Batas Internasional (Medecins sans frontieres - MSF) di Zomea Kaka, Lobaya, Republik Afrika Tengah, 18 Oktober 2018. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Waspada! Kemenkes Duga Cacar Monyet Bisa Menular Lewat Udara

Virus cacar monyet hingga kini sudah terdeteksi di beberapa negara.

Baca juga: MANFAAT DAUN KELOR Bagi Kesehatan Tubuh, Bisa Kurangi Risiko Sakit Jantung

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui Juru Bicara dr Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan bahwa hingga saat ini kasus cacar monyet belum ditemukan di Indonesia.

Meski begitu, ia mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada. Kemenkes pun juga berupaya melakukan tindakan pencegahan, agar tidak terjadi penular infeksi virus monkeypox di Tanah Air.

“Hingga saat ini belum ada kasus (cacar monyet) yang dilaporkan dari Indonesia,” kata Mohammad Syahril dalam konfrensi pers virtual, dikutip dari Sehat Negeriku.

Lebih lanjut, ia juga memamparkan bagaimana cara penularan cacar monyet. Salah satunya adalah dengan melakukan kontak erat dengan manusia atau hewan yang terinfeksi, serta menggunakan benda yang sudah terkontaminasi.

Syahril juga mengingatkan adanya dugaan virus monkeypox dapat menular melalui udara.

“Penularan dapat melalui darah, air liur, cairan tubuh, lesi kulit atau cairan pada cacar, kemudian droplet pernapasan,” ujarnya.

Cacar monyet adalah penyakit zoonosis yang bisa menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) dari famili poxvirdae.

Apabila terpapar oleh virus tersebut, maka masa inkubasinya mencapai 6 hingga 16 hari. Namun, pada beberapa orang mungkin lebih cepat atau lambat, yakni 5 sampai 21 hari.

Syahril mengatakan, pada fase awal infeksi yakni satu hingga tiga hari, gejala yang biasanya muncul adalah demam tinggi.

Selain itu, orang yang terinfeksi juga mungkin akan mengalami sakit kepala yang berat, nyeri punggung dan nyeri otot, lemas, dan kelenjar getah bening yang bengkak.

Ruam yang identik dengan penyakit cacar baru akan muncul saat sudah memasuki fase erupsi atau paling menular.

Ruam atau lesi biasanya akan muncul pertama kali di bagian wajah. Kemudian secara bertahap terlihat di bagian tubuh yang lain.

Menurutnya, lesi tersebut awalnya hanya berupa bintik-bintik merah saja. Lalu menjadi lepuh berisi cairan bening, berisi nanah, mengerah, dan akhirnya rontok.

“Biasanya diperlukan waktu hingga tiga minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok,” tutur Syahril.

Ia mengingatkan, agar masyarakat segera memeriksakan diri ke layanan kesehatan apabila mengalami demam dan ruam.

Upaya pencegahan pun juga dilakukan, sama seperti saat mencegah penularan Covid-19.

Yakni dengan selalu mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan masker, tidak berkerumun, dan menerpakan gaya hidup bersih dan sehat.

Dilansir dari Sky News, Rabu (25/05/2022), sejauh ini total kasus cacar monyet di dunia tercatat sebanyak 130 kasus.

Badan Keamanan dan Kesehatan Inggris (UKHSA/United Kingdom Health Security Agency) melaporkan adanya tambahan 14 kasus infeksi cacar monyet. Menjadikannya sebagai negara kasus infeksi terbanyak dengan total 71 kasus.

Meksipun kasus baru terus bermunculan, tapi UKHSA menyatakan bahwa risiko penularan pada masyarakat masih terbilang rendah.

Selain Inggris, Republik Ceko, Austria, dan Slovenia juga pada Selasa (24/05/2022), melaporkan kasus pertama cacar monyet.

UKHSA menjelaskan bahwa sebagian besar dari kasus cacar monyet yang terindentifikasi dialami oleh pria gay atau biseksual, yang melakukan hubungan intim.

Meski begitu, cacar monyet dipastikan bukan merupakan penyakit yang diakibatkan penyuka sesama jenis.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa virus ini bisa menular kepda siapapun yang melakukan kontak fisik dengan orang yang terinfeksi.

“Ini termasuk tenaga kesehatan, anggota keluarga di rumah, dan pasangan seksual,” kata WHO.

Mereka saat ini tengah melakukan Kerjasama dengan beberapa negara yang sudah melaporkan kasus cacar monyet, untuk memperluas pengawasan, serta menemukan dan memberikan dukungan pada orang-orang yang terdampak.

(*)

Sumber GRID

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved