Berita Bali

Delegasi Asing GPDRR Kunjungi Karangasem dan Klungkung, Belajar dari Kearifan Lokal Bali

Delegasi asing peserta GPDRR saat sesi studi lapangan (field trip) di Karangasem dan Klungkung, Sabtu 28 Mei 2022, mempelajari kearifan lokal

TRIBUN BALI/ ZAENAL NUR ARIFIN
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, (Kemenparekraf) mengajak delegasi Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 menikmati salah satu pura tercantik dengan kompleks terbesar di Bali, yaitu Pura Taman Ayun 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Delegasi asing peserta Sesi Ke-7 Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (GPDRR) saat sesi studi lapangan (field trip) di Karangasem dan Klungkung, Sabtu 28 Mei 2022, mempelajari kearifan lokal masyarakat Bali dalam menghadapi bencana.

Dari kunjungan ke dua tempat itu, yang merupakan penutup pertemuan GPDRR 2022 di Bali, para delegasi memperoleh pengetahuan mengenai pentingnya melestarikan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat dalam memperkuat aksi kesiapsiagaan bencana.

Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa saat menerima kedatangan para delegasi menjelaskan masyarakat adatnya punya satuan tanggap bencana yang disebut Pasebaya Agung.

Pasebaya Agung yang terbentuk dari inisiatif masyarakat adat punya peran penting dalam membantu evakuasi dan meningkatkan kesadaran warga terhadap bencana letusan gunung api, yaitu Gunung Agung.

Baca juga: Lima Rekomendasi Jajan Bali yang Dapat Dicicipi Delegasi GPDRR 2022 Saat Fieldtrip

“Keterlibatan berbagai relawan khususnya Pasebaya Agung yang terbentuk saat erupsi (Gunung Agung) pada 2017 sangat membantu meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan masyarakat, ditambah budaya lokal yang dimiliki masyarakat sehingga mempermudah mitigasi dan evakuasi,” kata Artha Dipa ke para delegasi di Pura Agung Besakih, Karangasem.

Ia lanjut menyampaikan, kebijakan kesiapsiagaan dan penanganan bencana harus melibatkan seluruh pihak, termasuk pemerintah, pelaku usaha, organisasi masyarakat, akademisi, dan kelompok relawan seperti Pasebaya Agung.

Dalam kesempatan berbeda, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Karangasem Ida Ketut Arimbawa menjelaskan dari total 13 ancaman bencana di Bali, 11 di antaranya ada di Karangasem.

Sebanyak 11 ancaman bencana itu, di antaranya gempa bumi, letusan gunung api, banjir bandang, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi, kebakaran hutan, kekeringan, tanah longsor, Tsunami, dan pandemi atau wabah penyakit.

Setelah mengunjungi Pura Agung Besakih, delegasi juga mendatangi Kertagosa di Klungkung, Bali.

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta juga menjelaskan kesiapan daerahnya dalam menghadapi bencana.

Di sekitar area Kertagosa, Suwirta menjelaskan ada empat jalur yang berfungsi sebagai jalur evakuasi tsunami dan letusan gunung api.

“Bila terjadi tsunami, masyarakat menuju ke gunung, sementara jika gunung meletus, masyarakat turun ke bawah,” kata Suwirta.

Ia juga menyampaikan Klungkung merupakan daerah pusat pengungsi bagi warga di sekitar daerah rawan letusan gunung api.

“Ini terbukti saat Gunung Agung meletus, Klungkung jadi tempat penyangga (bagi pengungsi),” kata Bupati Klungkung.

Sementara itu, salah satu delegasi, Delvina dari Care International menyampaikan ia sepakat bahwa kearifan lokal perlu jadi sorotan dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan bencana.

“Kita harus siap dari tingkat komunitas,“ kata Delvina, delegasi dari Timor Leste, saat ditemui di Kertagosa, Klungkung, Sabtu.

Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memfasilitasi para delegasi Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 dalam program fieldtrip ke berbagai destinasi wisata di Bali, Sabtu.

Tak hanya menikmati destinasi wisata di Bali yang indah, Kemenparekraf pun mengajak delegasi untuk berwisara kuliner mencicipi jajan Bali.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, dalam keterangannya menyampaikan, kuliner Bali keunikan tersendiri serta rasa yang tak kelah enak dengan kuliner dari negara lain.

“Para delegasi GPDRR diharapkan bisa merasakan pengalaman kuliner di Bali. Sebab kuliner di Bali memiliki sejarah di balik kehadiran suatu menu makanannya,” ujar Sandiaga.

Lima jenis jajanan Baliyang dapat dicicipi oleh para delegasi GPDRR 2022, di antaranya:

Pertama, Rujak Jeruk Bali merupakan salah satu kuliner khas Bali. Kuliner ini terbuat dari olahan jeruk Bali yang disajikan bersama bumbu rujak. Rujak jeruk khas Bali memiliki rasa pedas, namun segar yang didapat dari jeruk Balinya.

Kedua, Tipat Serombotan ini berisi tipat atau ketupat, dan sayuran yang disiram dengan bumbu sambal yang pedas menggigit. Sayuran dalam seporsi serombotab terdiri dari tauge, kangkung, pare, dan kacang panjang.

Ketiga, Jajan Bali atau Jaje Lukis. Camilan dari beras ketan yang dibentuk segitiga ini disebut sebagai jajan Bali atau jaje lukis. Kenyalnya ketan yang dikukus ini, disajikan juga dengan taburan parutan kelapa gurih, dan ditambahkan dengan lelehan manis dari gula merah.

Keempat, Es Daluman adalah minuman yang terbuat dari daun daluman yang merupakan tanaman khas Bali. Es daluman disajikan dengan santan dan gula jawa. Tak hanya menyegarkan, es daluman ini dinilai berkhasiat untuk tubuh, yaitu menurunkan tekanan darah serta sebagai bahan anti racun.

Kelima, Bulung adalah jajanan khas Bali yang terbuat dari rumput laut hijau. Jajanan ini dihidangkan dengan bumbu yang terbuat dari kuah pindang. Terkenal akan rasanya yang lezat, bulung juga memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Hal ini karena bulung terbuat dari rumput laut sehingga dipercaya bermanfaat mencegah osteoporosis, penuaan dini, darah tinggi, dan kanker.

Baca juga: GPDRR 2022 Ditutup, Tujuh Rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan

Tanjung Benoa Jadi Komunitas Siaga Tsunami

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengukuhkan Kelurahan Tanjung Benoa, Badung, sebagai Komunitas Siaga Tsunami internasional UNESCO-IOC, atau Tsunami Ready Community.

Peresmian tersebut dilakukan dalam rangkaian Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 di Kelurahan Tanjung Benoa, Badung, Sabtu 28 Mei 2022.

Sertifikat Pengakuan disampaikan oleh Director of the UNESCO Regional Science Bureau for Asia and the Pacific Mohamed Djelid didampingi Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Gubernur Bali, dan Senior Advisor UNDP Bangkok Regional Sanny Jegillos.

"Tanjung Benoa ini adalah komunitas di Indonesia yang pertama kali mendapatkan pengakuan internasional UNESCO-IOC sebagai Tsunami Ready Community. BMKG telah memprakarsai Sekolah Lapang Tsunami Ready guna mendukung program Tsunami Ready di Indonesia. Sekolah Lapang tersebut bahkan merupakan Program Prioritas Nasional untuk mewujudkan masyarakat yang siaga menghadapi gempa dan tsunami," ujar Dwikorita.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, Tsunami Ready adalah program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada 12 indikator yang telah ditetapkan UNESCO-IOC.

"Menyiapkan masyarakat Tanjung Benoa sebagai Tsunami Ready Community adalah tepat, mengingat hampir seluruh wilayahnya dikelilingi lautan dan berhadapan dengan zona Megathrust Selatan Bali sebagai sumber gempa bumi potensi tsunami yang memiliki magnitudo maksimum 8,5," katanya.

Tahun 2022, BMKG telah mengusulkan 7 komunitas termasuk Tanjung Benoa, untuk mendapatkan pengakuan Tsunami Ready Community dari UNESCO.

Enam komunitas lainnya yaitu Panggarangan-Lebak, Pangandaran, Glagah-Kulon Progo, Kemadang-Gunung Kidul, Tambakrejo-Malang, dan Kuta-Mandalika Lombok, dalam proses pengakuan internasional tersebut.

Baca juga: Jadi Narasumber di GPDRR, Sukawirma Beberkan Kasus Rabies di Tabanan

Menurut dia, Tsunami Ready Community akan tercapai apabila dilakukan secara kolaboratif melibatkan semua pihak, sehingga 12 indikator yang ditetapkan oleh UNESCO dapat dipenuhi dengan baik.

Oleh karenanya, Kelurahan Tanjung Benoa telah melibatkan banyak pihak untuk mewujudkan hal tersebut.

Melalui pendampingan BMKG, Kelurahan Tanjung Benoa telah memiliki Peta Bahaya Tsunami agar masyarakat memahami zonasi bahaya tsunami di wilayahnya.

Dalam menyiapkan indikator kesiapsiagaan, Tanjung Benoa juga telah melibatkan sekolah untuk melatih siswa melakukan simulasi gempa bumi dan tsunami secara rutin.

Papan rambu arah dan peta evakuasi tsunami telah terpasang melalui kerja bersama BMKG, BPBD Provinsi Bali dan Kabupaten Badung, dan organisasi internasional UNDP.

Sebanyak tujuh hotel di wilayah Tanjung Benoa, yaitu Peninsula Bay Resort, Benoa Sea Suites Villas, Grand Mirage Resort, Ion Bali Benoa, Rasa Sayang, Novotel, dan The Sakala Resort telah menyiapkan tempat evakuasi tsunami vertikal yang selain dapat digunakan oleh tamu, juga oleh masyarakat sekitar. (zae/ant)

Lima Rekomendasi Jajan Bali yang Dapat Dicicipi Delegasi GPDRR 2022 Saat Fieldtrip
Lima Rekomendasi Jajan Bali yang Dapat Dicicipi Delegasi GPDRR 2022 Saat Fieldtrip (istimewa)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved