Berita Bali
MARAK Kasus Bunuh Diri di Bali, Jangan Hakimi Tapi Dengarkan Keluh Kesahnya!
Fenomena bunuh diri atau “Complex Suicide” kian bertambah di Bali. Menurut data yang dihimpun, untuk pertengahan hingga akhir Mei 2022 terdapat 6 kas
Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Kematangan kepribadian adalah resiliensi mental, atau ketahanan yang ada di dalam diri guna menghadapi stres yang muncul dari luar diri.
Rai Wiguna menjelaskan, kematangan kepribadian dipengaruhi oleh pengalaman hidup orang bersangkutan.
“Jadi itu (kematangan kepribadian) sangat tergantung pada tipe kepribadian seseorang.
Baca juga: 6 Artis Kdrama Yang Meninggal Diusia Muda Karena Bunuh Diri Hingga Sakit, Terbaru Bintang Snowdrop
Misalnya kalau pernah mengalami trauma psikologis di masa kecil, remaja atau mengalami perundungan, itu turut menurunkan resiliensi mental,” jelas Rai Wiguna.
Psikiater di klinik kesehatan di Jalan PB Sudirman, Denpasar ini mengatakan, ciri-ciri orang yang akan melakukan Complex Suicide diawali dari perubahan tingkah laku.
Misalnya, perubahan pola makan, konsumsi alkohol yang berlebih, suka menyendiri, hingga membicarakan tentang kematian.
Selain menjadi psikiater di salah satu klinik, Rai Wiguna yang juga menjadi Advisory Lisa Board Helpline tersebut mengajak masyarakat menjadi pendengar yang baik dan tidak melakukan penghakiman.
“Ketika masyarakat mampu mengenali perubahan tingkah laku ini, jangan terlalu banyak memberi nasihat.
Jadilah telinga yang baik, mendengar tanpa penghakiman.

Jangan membandingkan kesulitan hidupnya dengan yang lain.
Itu tidak membantu seseorang untuk melewati saat-saat terberatnya,” terangnya.
Saat ini, Rai Wiguna bergerak bersama Yayasan Bali Bersama Bisa dengan program kerja Lisa Helpline yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Denpasar (emergency call 112) untuk membuka layanan saluran pencegahan Complex Suicide.
Seperti diketahui, salah satu kasus bunuh diri terbaru yang terjadi di Bali yakni di Jalan Pulau Saleus Denpasar, Selasa (31/5).
Korban inisial WA (45) nekad mengakhiri hidup dengan menggantungkan diri di jendela kamarnya.
Sebuah selendang digunakan untuk mengikat lehernya. Ia pertama kali ditemukan oleh sang ayah, I Nyoman Tika (70) pukul 16.00 Wita. (mah/yun)