Berita Jembrana

Tak Ada Pengiriman Kambing ke Bali Jelang Idul Adha, Padagang Sate juga Sulit Cari Daging

Pasca merebaknya isu penyakit mulut dan kuku (PMK), lalu lintas hewan dari dan menuju Jawa dibatasi termasuk pengiriman hewan kambing ke Bali juga

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Marianus Seran
Tribun Bali / Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Kambing kurban milik pedagang hewan kurban Haji Samsudin di Kampung Jawa, Denpasar, Bali. 

 

TRIBUN BALI.COM, NEGARA- Pasca merebaknya isu penyakit mulut dan kuku (PMK), lalu lintas hewan dari dan menuju Jawa dibatasi termasuk pengiriman hewan kambing ke Bali juga disetop.

Akibatnya, para pedagang dan umat muslim di Jembrana bakal kesulitan hewan kurban khususnya kambing pada momen Hari Raya Idul Adha Juli 2022 mendatang.

Kemudian untuk harga hewan kurban kambing sejak pekan lalu sudah meningkat sekitar Rp 4,5 hingga Rp 5 Juta per ekornya. 


Menurut Kabid Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Gede Putu Kasthama menjelaskan, menjelang hari raya Idul Adha 2022 ini masih belum ada kiriman hewan kambing ke Bali khususnya Jembrana.

Baca juga: UPAH Guru Klungkung Tertunda, Dewan Sebut Disdikpora Tidak Cermat Rencanakan Anggaran

Padahal sebelumnya atau tahun lalu ada 400 ekor kambing kiriman dari Jawa.

Hal ini dampak dari penyakit mulut dan kuku (PMK) yang terjadi di Jawa.


"Tahun ini tidak ada sama sekali (kiriman kambing) ke Bali.

Kalau tahun lalu sudah ada 400 ekor kiriman dari Jawa ke Bali.

Termasuk dagingnya pun dilarang ke Bali kecuali memenuhi syarat seperti menggunakan mobil dilengkapi freezer (lemari es)," jelas Kasthama saat dikonfirmasi Jumat 10 Juni 2022. 


Dia melanjutkan, tak adanya pengiriman kambing ke Bali mengakibatkan pasokan atau stok hewan kurban di Jembrana kosong.

Sebab, selain tak ada kiriman luar Jawa, kambing lokalan juga sebagian besar dipotong untuk bahan olahan makanan para pedagang sate.

Baca juga: JASAD ERIL Beku dan Utuh, Ini Alasan Mengapa Sungai Aare Airnya Sedingin Es!


Kemudian, kata dia, stok indukan yang ada juga sudah dijual oleh sejumlah kelompok sehingga tidak ada regenerasi atau tidak beternak.

Sebelumnya juga pihak kelompok hanya menjual bibitnya atau anakannya.

Sedangkan saat ini bibit dari kelompok juga sudah habis dijual.


"Bahkan diprediksi dalam 2-3 bulan kedepan tetap tidak ada pemasukan, Bali tidak akan ada dagang sate," ungkapnya.


"Sehingga kami akan jadwalkam untuk turun ke semua kelompok untuk menyamapikan agar tidak menjual betina dan jantannya.

Karena selama ini betina dan jantannya dijual juga sehingga regenerasi tak ada," tegasnya.


Disinggung mengenai harga kambing menjelang hari raya ini, Kasthama mengungkapkan harga kambing naik drastis.

Sejak pekan lalu, rata-rata harga kambing siap potong untuk hewan kurban mulai Rp 4,5-5 juta. 


"Sekarang sudah naik. Dari minggu lalu. Kalau dulu Rp 2,8 juta hingga Rp 3 juta lebih. Tapi kemarin sudah naik hingga Rp 4,5-5 Juta," ungkapnya. 


Dengan kondisi tersebut, pihaknya mengaku masih belum muncul gejolak di masyarakat.

Namun pihaknya akan yerus koordinasi dengan seluruh pihak terkait.

Selain itu juga akan mencari solusi bersama-sama untuk menyambut hari raya yang jatuh pada bulan Juli mendatang. 


Terlebih lagi, karena kondisi saat ini para saudagar atau pedagang kambing hanya bisa duduk manis karena ditutupnya akses dari Jawa ke Bali.


"Sekarang belum ada gejolak sih untuk itu. Kita sudah koordinasi dengan kawan-kawan muslim dan sampai sekarang masih kebingungan juga.

Apakah beralih ke sapi atau lainnya jika kondisinya tetap tidak ada pengiriman," tandasnya.(*) 
 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved