Berita Bangli

Kegiatan Warga Serokadan Bangli Jelang Hari Raya, 1 Keluarga Bisa Hasilkan Ratusan Sarana Upacara

Setiap hari raya Galungan dan Kuningan, 90 persen warga di Dusun Serokadan, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Bangli, Bai memproduksi pernak-pernik sarana

Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Kadus Serokadan, I Wayan Subakti menunjukkan tamiang besar yang siap dijual. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Setiap hari raya Galungan dan Kuningan, 90 persen warga di Dusun Serokadan, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Bangli, Bai memproduksi pernak-pernik sarana upacara.

Mulai dari Lamak, Tamiang, hingga Cenigan. Tradisi ini sudah berjalan turun-temurun.

Hal tersebut diungkapkan Kadus Serokadan, I Wayan Subakti saat ditemui Kamis 16 Juni 2022.

Ujarnya, usaha ini merupakan usaha musiman yang dilakukan setiap jelang hari raya Galungan dan Kuningan. 

Baca juga: Masih Ada Pekerja Bangli Belum Didaftarkan BPJS, Widiani: Sekalipun Part Time Tetap Harus Diberikan

"Di sini terdiri dari 217 song/angkul-angkul. Setiap rumah, setidaknya ada tiga hingga lima keluarga yang membuat pernak-pernik ini. Rata-rata tiap keluarga bisa membuat 500 buah dari masing-masing jenis," ungkapnya.

Pembuatan pernak-pernik hari raya atau umumnya disebut mejejaitan, dilakukan secara bertahap 10 hari sebelum hari raya Galungan.

Hal ini untuk memenuhi tingginya permintaan pasar.

Baca juga: Pemkab Bangli Tetapkan Pembangunan Prasarana Olahraga Bangli

Adapun pekerjaan ini tidak hanya dilakukan oleh wanita. Namun pria hingga anak-anak juga piawai membuat pernak-pernik berbahan janur dan daun enau itu. 

Subakti mengatakan tradisi ini sudah dilakukan sejak nenek buyutnya dulu dan terus diwariskan setiap generasi.

Hingga kini pembuatan pernak-pernik sarana upacara ini meluas hingga ke luar Serokadan.

"Itu karena ada yang menikah keluar, dan mereka melanjutkan tradisi di tempat suaminya, sehingga pembuatan pernak-pernik ini kian masif," ucap dia.

Pernak-pernik yang digunakan sebagai sarana upacara berbeda jenisnya.

Untuk hari raya Galungan, warga membuat lamak. Sedangkan pada hari raya Kuningan, membuat tamiang dan cenigan.

Tiga jenis sarana upacara tersebut dijual berbeda, mengingat perayaan hari raya Galungan dan Kuningan berjarak sepekan. 

Kata Subakti, pernak-pernik sarana upacara ini dipasarkan di wilayah Bangli dan Gianyar.

Metode pemasarannya beragam, ada yang melalui pengepul, pesanan langsung, maupun langsung dijual di pasar.

"Kalau lamak, biasanya sudah mulai dijual tiga hari sebelum perayaan Galungan. Sedangkan puncaknya pada H-1 Galungan. Kalau tamiang dan cenigan, dijualnya sejak empat hari sebelum Kuningan, dan puncaknya H-2 Kuningan," jelasnya.

Harga jual pernak-pernik ini bervariasi menurut ukuran dan jenisnya.

Seperti lamak, satu ikat berisi 10 lembar, dijual Rp20 hingga Rp25 ribu. Sementara tamiang, dijual per satuan tergantung ukurannya. 

"Ukuran besar harganya Rp8 ribu, ukuran tanggung Rp5 ribu, dan ukuran kecil harganya Rp1500. Begitupun dengan cenigan."

"Dijualnya berdasarkan ukuran. Satu ikat berisi 10 lembar cenigan kecil harganya Rp 3 ribu, seikat ukuran tanggung Rp 5 ribu, dan seikat ukuran besar Rp 15 hingga Rp 17 ribu," sebutnya. (*)

Berita lainnya di Berita Bangli

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved