Pesta Kesenian Bali
Gender dalam Gender, Sanggar Suara Murti Tunjukan Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki dalam PKB 2022
Gender dalam Gender, Sanggar Suara Murti Tunjukan Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki dalam PKB 2022
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Budaya Bali merupakan aset daerah yang senantiasa harus dilestarikan oleh masyarakat.
Baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, hendaknya bahu-membahu menjalankan tanggung jawab tersebut.
Salah satu cara melestarikan budaya diwujudkan melalui ajang Pesta Kesenian Budaya (PKB) yang kembali dilaksanakan pada tahun 2022.
Ada hal unik yang terjadi dalam perhelatan ini, khususnya dalam Lomba (Wimbakara) Gender Wayang Anak-anak.
Dalam perlombaan tersebut, tampil Sanggar Suara Murti yang menjadi Duta Kabupaten Gianyar dengan komposisi perempuan sebagai penabuhnya.
Pembina Sanggar Suara Murti, Ketut Buda Astra menjelaskan komposisi tersebut memang sengaja ia lakukan.
Menurutnya, perempuan juga perlu dilibatkan dalam pelestarian budaya Gender Wayang ini.
“Ada faktor gender antara laki-laki dan perempuan yang seharusnya sama.
Zaman sekarang bermain musik itu tidak harus dilakukan oleh laki-laki.
Anak perempuan juga harus dilibatkan dengan meningkatkan prestasinya.
Ini akan menimbulkan keseimbangan pemain antara laki dan perempuan,” jelas Ketut Buda Astra.
Zaman dahulu, gender hanya boleh dimainkan oleh laki-laki, sementara perempuan tidak diperbolehkan.
Ditambah lagi dengan faktor menstruasi yang dialami sehingga mereka disebut “kain kotor” atau “cuntaka”.
Sementara sarana gamelan sendiri dipercaya dituankan oleh para Dewa dan selalu diupacarai saat Tumpek Wayang.
Oleh karena itu sarana gamelan disakralkan dan tidak boleh diambil saat kain kotor atau menstruasi.
