Pesta Kesenian Bali

Gender dalam Gender, Sanggar Suara Murti Tunjukan Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki dalam PKB 2022

Gender dalam Gender, Sanggar Suara Murti Tunjukan Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki dalam PKB 2022

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Harun Ar Rasyid
(Putu Yunia Andriyani)
Sanggar Suara Murti, Duta Kabupaten Gianyar dalam Lomba Gender Wayang Anak-anak di PKB 2022, tunjukan kesetaraan gender dengan melibatkan penabuh perempuan 

Namun, zaman yang semakin berkembang membuat keberadaan perempuan harus seimbang dengan laki-laki.

Hal itu dikatakan oleh Ketut Buda Astra saat ditemui seusai pementasan pada Senin, 20 Juni 2022, di balik panggung Kalangan Ayodya.

“Di sanggar kami malah anak perempuan lebih banyak dari pada anak laki-laki.

Pada umumnya anak-anak masih smp ke bawah kemungkinan menstruasi belum aktif.

Tapi kami tetap menegakan aturan kalau perempuan sedang datang bulan, istirahat saja dulu di rumah.

Mereka kami perbolehkan untuk latihan kembali setelah periode menstruasi berakhir,” ujarnya.

Menurutnya semakin banyak perempuan semakin bagus karena perempuan suatu yang istimewa dan langka.

Penampilan Gender Wayang anak-anak binaannya sendiri telah mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari masyarakat.

Ketut Buda mengatakan banyak masyarakat yang heran dan tidak menyangka penabuh gender adalah perempuan.

Mereka juga sudah mulai mengakui zaman sekarang perempuan juga bisa melakukan hal yang sama dengan laki-laki.

Pergelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) masih berlangsung.

Selain menampilkan para remaja dan dewasa, dalam perhelatan ini juga menunjukan “skill epic” anak-anak.

Salah satunya dalam perlombaan (wimbakara) Gender Wayang Anak-anak.
Pergelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) masih berlangsung. Selain menampilkan para remaja dan dewasa, dalam perhelatan ini juga menunjukan “skill epic” anak-anak. Salah satunya dalam perlombaan (wimbakara) Gender Wayang Anak-anak. (Yunia)

Hal senada juga dikatakan oleh Komang Laura Astna Pratiwi, salah satu penabuh Sanggar Suara Murti.

Ia mengatakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya sangat mendukung penabuh perempuan.

Hal ini pun membuat ia berani melanjutkan hobinya itu sehingga bisa berpartisipasi dalam PKB.

“Mereka (masyarakat) tidak ada yang merasa aneh, malah sudah mendukung.

Belajar saja dulu siapa tau bisa dan akhirnya bisa sampai sekarang.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved