Berita Denpasar
Tradisi Ngerebong di Kesiman Digelar Meriah, Puluhan Krama Kerauhan & Menusuk Diri dengan Keris
Tradisi Ngerebong di Kesiman Digelar Meriah, Puluhan Krama Kerauhan dan Menusuk Diri dengan Keris
Penulis: Putu Supartika | Editor: Harun Ar Rasyid
Namun juga ada beberapa dari luar seperti dari Pemogan maupun wilayah Sanur.
“Kami di Desa Adat Kesiman terdiri dari 32 banjar adat dan juga ada beberapa krama dari luar Kesiman,” kata Jero Wisna.
Untuk kelancaran proses Ngerebong ini, digelar rekayasa lalu lintas di Jalan WR Supratman.
Rekayasa lalulintas dilakukan mulai pukul 09.00 hingga 19.00 Wita di Jalan WR Supratman.
“Terkait rekayasa lalu lintas, kami sudah berkoordinasi dengan pihak terkait seperti kepolisian dan Dinas Perhubungan,” katanya.
Dalam hal pengamanan pihaknya juga menerjunkan 200 pecalang.
Budayawan yang juga tetua Desa Adat Kesiman, I Gede Anom Ranuara mengatakan Ngerebong pada intinya merupakan sebuah peringatan suksesnya atau kejayaan raja-raja pada jamannya yang dikemas dengan sistem religi untuk memperkuat dan mengeksistensi keberhasilan raja saat itu.
“Karena dilihat dari Pura Petilan ini adalah senter upacara tempat upacara besar di kesmiman. Ini ritual atau pengilen atau prosesi dari sejarah kejayaan itu. Dimana Raja Kesiman sempat melaksanakan ekspansi ke Sasak, Lombok,” katanya.
Ekspansi tersebut dilakukan dengan tiga tahap yakni penyerangan, penggempuran, dan keberhasilan.
Untuk keberhasilan penggempuran ada beberapa ritual di Pura Uluwatu yang dilakukan raja dan ada beberapa kaul untuk dapat kesuksesan.
Pertama raja memohon ke Pura Uluwatu dan dianugerahi keris yang bernama Ki Cekle.
Dengan menggunakan keris itu Sasak pun ditaklukkan.
“Sasak tak mau mengalah dan meminta diadakan adu jangkrik. Raja menerima dan menggunakan jangkrik betulan tapi di sana menggunakan jangkrik siluman sehingga sempat kalah dan kembali ke Uluwatu biar menang adu jangkrik,” jelasnya.
Saat itu konon ada sabta sesuhunan di Pura Uluwatu yang meminta raja ngereh lemah atau ngereh siang hari.
Raja menyanggupi dan setelah itu raja diminta mengambil pemicu (pengilitan) jangkrik di Pura Muaya Jimbaran, mencari makanannya di Pura Dalem Kesiman berupa jepun putih dan jangkrik berupa jangkrik kuning diambil di Padanggalak.