Berita Bali

12 Nelayan Terombang-ambing di Laut, Perahu Terbalik di Perairan Kubutambahan Buleleng

Sebanyak 12 nelayan mengalami kecelakaan laut di Buleleng, para nelayan itu duduk di atas perahu yang terbalik, untuk menyelamatkan diri.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
ist
Sebuah sampan dengan panjang 12 meter bertanda tulisan Sekarwangi I terbalik di Perairan Utara Kubutambahan, Kabupaten Buleleng Jumat 1 Juli 2022 pagi, kurang lebih pukuis 05.00 WITA - 12 Nelayan Terombang-ambing di Laut, Perahu Terbalik di Perairan Kubutambahan Buleleng 

Unsur yang terlibat selama operasi SAR berlangsung diantaranya Pos Pencarian dan Pertolongan Buleleng (Basarnas Bali), Sampan Sekarwangi II, Sampan Sandat Bali, Polsek Kubutambahan, Buana Bali Rescue, Masyarakat dan nelayan setempat.

Petugas Basarnas bersiaga di perairan laut Desa Kubutambahan, Buleleng, Jumat 1 Juli 2022 - 12 Nelayan Terombang-ambing di Laut, Perahu Terbalik di Perairan Kubutambahan Buleleng
Petugas Basarnas bersiaga di perairan laut Desa Kubutambahan, Buleleng, Jumat 1 Juli 2022 - 12 Nelayan Terombang-ambing di Laut, Perahu Terbalik di Perairan Kubutambahan Buleleng (Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani)

BMKG: Berisiko Tinggi bagi Pelayaran

KAPAL nelayan yang mengangkut 12 orang terbalik di daerah 20 NM utara Pantai Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.

Mengetahui kondisi tersebut, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar kemudian memberikan penjelasan.

Prakirawan BBMKG Wilayah III Denpasar I Wayan Wirata mengatakan, musibah tersebut dapat terjadi akibat kondisi cuaca di Bali.

Hal ini kemudian memungkinkan terganggunya aktivitas di laut termasuk pelayaran kapal nelayan.

“Memang untuk saat ini angin cukup kencang dan bertiup di hampir sebagian besar wilayah Bali. Angin kencang ini bisa memicu adanya gelombang tinggi yang dapat terjadi di perairan utara dan selatan Bali,” kata I Wayan Wirata.

Wirata menambahkan, saat ini angin yang bertiup adalah angin monsoon Australia atau angin timur.

Angin ini sudah mulai aktif bertiup dan mengindikasikan tibanya musim kemarau.

Berdasarkan data prakiraan pemodelan gelombang laut kecepatan angin berkisar 6-25 knott atau 11-46 km per jam.

Kecepatan tersebut terjadi di wilayah sekitar perairan utara Bali.

Terkait tinggi gelombang di Buleleng, I Wayan Wirata kemudian memberikan penjelasan detailnya.

Tinggi gelombang laut 1,25 - 2,5 meter dikategorikan gelombang sedang. Gelombang ini berpotensi terjadi di Laut Bali, Laut Sumbawa, Selat Bali bagian Utara, dan Selat Lombok bagian Utara.

Kondisi gelombang ini tentu perlu menjadi perhatian bagi pengguna transportasi laut.

“Kondisi tersebut dapat mengakibatkan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran, khususnya perahu nelayan. Tapi ini juga menjadi perhatian bagi kapal tongkang dan kapal ferry,” tambahnya.

Selain itu, beberapa wilayah perairan Bali juga berpeluang terjadi gelombang tinggi.

Ketinggian gelombang ini berada di angka 2,5-4 meter.

Gelombang tinggi berpotensi terjadi di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, dan perairan selatan Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Samudra Hindia yang tepat berada di selatan Bali juga berpeluang terjadi gelombang bahkan sangat tinggi.

Tinggi gelombang di Samudra Hindia selatan Bali dan Nusa Tenggara Barat dapat mencapai 4-6 meter.

I Wayan Wirata mengimbau masyarakat mempertimbangkan kondisi cuaca sebelum melakukan aktivitas.

Ia juga mengimbau masyarakat terus memperhatikan update informasi cuaca dan gelombang dari BBMKG.

“Kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir dan lautan, diharapkan tetap waspada akan potensi terjadinya gelombang tinggi. Tingginya bisa mencapai dua meter di sekitar wilayah perairan utara dan selatan Bali,” tutupnya. (rtu/zae/yun)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved