Berita Denpasar

Praktisi Hewan Bali Sebut Angka Kesakitan PMK Tinggi, Tingkat Kematian Kecil, Sapi Bali Lebih Kuat

Praktisi Hewan di Bali Sebut Angka Kesakitan PMK Tinggi, Tingkat Kematian Kecil, Sapi Bali Lebih Kuat

Penulis: Putu Supartika | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
Mantan penyidik penyakit hewan dan praktisi hewan kecil yang tinggal di Denpasar, drh. Soeharsono DTVS PhD 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Mantan penyidik penyakit hewan dan praktisi hewan kecil yang tinggal di Denpasar, drh. Soeharsono DTVS PhD (77) mengatakan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Bali merupakan sebuah kejutan yang tak disangka-sangka.

Yang awalnya Bali diapit oleh daerah terjangkit yakni Jawa Timur dan Lombok kini sudah terjangkit.

Ia menganggap penanganan di Bali terlambat dikarenakan kurang ketatnya penjagaan di pintu masuk baik di Gilimanuk maupun Padangbai.

“Pintu masuk dari barat memang dijaga karantina, tapi ada penyeberangan kecil-kecil yang bisa langsung masuk misal dengan perahu,” kata lelaki yang dulu pernah menjadi tim penanganan PMK tahun 1980-an ini saat ditemui di kediamannya Jalan Pendidikan, Denpasar, Selasa 5 Juli 2022.

Mantan penyidik penyakit hewan dan praktisi hewan kecil yang tinggal di Denpasar, drh. Soeharsono DTVS PhD
Mantan penyidik penyakit hewan dan praktisi hewan kecil yang tinggal di Denpasar, drh. Soeharsono DTVS PhD (TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA)

Menurutnya, penanganan yang paling bagus dilakukan agar tidak menyebar ke mana-mana yakni diam di tempat.

“Penyakitnya tidak lama, satu ekor mungkin penyakitnya berlangsung 7 sampai 10 hari. Tapi jangan langsung dilepas, tunggu 1 bulan baru aman. Kalau ada yang terinfeksi bisa diberikan antibiotik pembunuh bakteri. Cukup seminggu akan bagus,” katanya.

Ia mengatakan, ciri khas PMK yakni angka kesakitannya yang tinggi bisa mencapai 90 hingga 100 persen.

Namun demikian, angka kematiannya sangat rendah yakni di bawah 1 persen.

“Yang mati bisanya sapi muda, juga sapi perah, sapi rah dan import. Itu yang sensitif. Kalau sapi Bali daya tahannya lebih kuat, sehingga tingkat kematiannya sangat rendah,” katanya.

Soeharsono menambahkan, cara paling efektif untuk pencegahannya yakni dengan memberikan vaksin kepada sapi yang masih sehat.

Namun masalahnya, untuk saat ini ketersediaan vaksin di Indonesia masih terbatas.

“Mudah-mudahan Bali dapat prioritas, karena potensi pariwisatanya, apalagi jelang G20,” katanya.

Meskipun demikian, ia pun berpendapat jika PMK ini tidak berpengaruh terhadap G20.

“Saya harap jangan menakut-nakuti G20 dengan PMK. Tidak ada dampak. Dan untuk wisatawan juga bisa datang ke Bali, apalagi pariwisata Bali baru mulai bangkit,” katanya.

Dirinya juga menyebut dari sisi ilmiah, PMK bukan penyakit zoonosis sehingga tidak menular dari hewan ke manusia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved