Berita Denpasar
Tak Semua Kamar Hotel di Denpasar Bisa Dioperasikan Setelah Dihantam Pandemi, Okupansi 40 Persen
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Denpasar yang juga owner Griya Santrian, Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Denpasar yang juga owner Griya Santrian, Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan, hampir semua hotel anggota PHRI Denpasar sudah mulai beroperasi.
Akan tetapi tidak 100 persen kamar yang bisa dioperasikan.
Hal ini karena selama pandemi banyak kamar yang rusak dan tidak layak huni.
"Kalau secara umum, okupansi rata-rata hotel di Denpasar masih di sekitaran 40 persen," kata Sidharta saat diwawancarai Minggu, 10 Juli 2022.
Baca juga: 5 Ekor Sapi dan 21 Kambing Dikurbankan di Masjid Agung Sudirman Denpasar saat Hari Raya Idul Adha
Sementara itu, meskipun saat ini ada banyak agenda besar yang diselenggarakan di Bali namun market di Bali baru pulih sekitar 50 persen.
Sementara itu, untuk prediksi pengisian high seasons pada Juli hingga Agustus sekitar 50 hingga 60 persen.
Sidartha menambahkan, harga jual hotel atau sewa kamar hotel di Denpasar masih belum normal.
Seperti halnya pada nilai sewa kamar di Griya Santrian, Sanur, yang masih ada pemotongan harga sekitar 35 hingga 40 persen.
Meskipun demikian demikian, tingkat hunian kamar (okupansi) di Denpasar terus merangkak naik.
Sidharta Putra mengatakan khusus untuk di Griya Santrian, okupansinya sudah mencapai 65-70 persen.
Baca juga: Pemkot Denpasar akan Bangun Pelabuhan Serangan di Tiga Lokasi, Sudah Tahap Pembahasan RIP
"Ini bagus. Meskipun harga belum normal, tetapi secara umum okupansi di Denpasar masih merangkak walaupun sudah dibuka border internasional. Banyak hotel yang tidak siap, dua tahun itu rusak total," katanya.
Ia mengatakan saat normal, ada sekitar 8.000 kamar hotel di Denpasar.
Namun, diperkirakan kini totalnya sekitar setengah dari jumlah tersebut.
Pihaknya mengaku, belum ada konfirmasi atau pengecekan lebih lanjut, seberapa banyak hotel yang masih bertahan, bangkrut, atau sedang diperbaiki pasca dua tahun mewabahnya pandemi Covid-19.
"Misalnya dari 138 kamar di Griya Santrian, 80 kamar saya itu tidak bisa kejual. Melepuhlah catnya, AC rusak, lampu mati, duit tidak ada beliin (fasilitas kamar baru), benerin itu, perlahan kita dapat duit, kita perbaiki," katanya.