Berita Gianyar
G20 Diharapkan Bangkitkan Lukisan Kutuh Kelod Ubud Gianyar
komunitas pelukis Banjar Kutuh Kelod Gianyar menggelar pembinaan, memberikan ruang untuk menggelar pameran di Museum Arma, terkait G20
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Kalisa Kutuh atau komunitas pelukis Banjar Kutuh Kelod, Desa Petulu, Ubud, Gianyar, Bali menggelar pembinaan dalam rangka pameran di Museum Arma Ubud terkait G20, Minggu 17 Juli 2022.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat kembali membangkitkan seni lukis di Ubud.
Kegiatan ini menghadirkan tokoh-tokoh Ubud, mulai dari pengelingsir Puri Agung Ubud, dosen ISI Denpasar hingga Pemilik Museum Arma Ubud.
Ketua Panitia, I Made Sueta menjelaskan, seni lukis di Banjar Kutuh Kelod berjaya sejak 1980.
Baca juga: Pameran Lukisan dan Event Table Talk Food, Sajikan Pengalaman Interaksi Seni Sembari Bersantap
Gaya yang ditonjolkan adalah lukisan bernuansa alam yang harmonis dengan fauna.
Serta alam yang menggambarkan suasana Bali tempo dulu.
"Seni lukis Kutuh didominasi lukisan flora dan fauna, khususnya burung kutuh. Style burung kutuh digambarkan lebih realis dengan penggarapan yang detail dengan porsi dan anatomi yang mendekati kenyataan," ujarnya.
Sueta menjelaskan, karya-karya seniman Kutuh sangat mengedepankan harmoni, yang mengisyaratkan sebuah pesan damai.
"Semua isi alam, hidup berdampingan dengan rukun. Burung bisa terbang bebas, sawah yang indah, suara alam terwakili oleh air terjun dan aliran air. Lukisan pura yang selalu berada di atas sebagai simbol wujud syukur kita atas apa yang diberikan Tuhan pada kita," ujarnya.
Salah satu generasi pelukis Kutuh Kelod, Gede Suriawan bersyukur, meskipun ada berbagai gempuran yang membuat seni lukisan redup, pihaknya masih tetap bisa berkarya, melestarikan warisan leluhurnya.
Kata dia, dalam membuat satu lukisan ukuran satu meter, ia biasanya menghabiskan waktu 1 bulan.
"Ada berbagai tahapan wajib dalam melukis ala Kutuh. Dimulai dari sketsa, arsiran, hingga pewarnaan. Tentunya dengan detail yang hampir mendekati kenyataan. Karena itu, untuk satu lukisan membutuhkan waktu cukup lama," ujarnya.
Terkait harga, Suriawan mengatakan bervarisasi. Hal tersebut tergantung ukuran dan nama besar.
"Untuk lukisan satu meter rata-rata Rp 2 juta dan bisa lebih, tergantung pelukisnya," ujar pria yang sudah melukis sejak 1995 itu.
Pemilik Museum Arma, Anak Agung Rai mengatakan, seni lukis Kutuh merupakan salah satu roh Ubud.