Berita Jembrana
Penyelundupan Babi Saat Bali Lockdown, Gunakan Modus Tutup Terpal dan Bius Hewan Ternak
5 Kali Rencana Penyelundupan Babi Saat Bali Lockdown *Ratusan Ekor Babi Gagal Dikirim ke Jawa *Gunakan Modus Tutup Terpal dan Bius Hewan Ternak
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Harun Ar Rasyid
NEGARA, TRIBUN BALI - Sejak diterapkannya lockdown pengiriman maupun penerimaan hewan ternak ke Bali pada 1 Juli 2022, tercatat sudah ada 5 kasus kendaraan yang ditolak. Seluruhnya adalah kendaraan pengangkut hewan ternak babi. Jumlahnya pun hampir ribuan.
Ini menjadi atenai khusus pihak Karantina Pertanian Wilayah Kerja Gilimanuk serta Satgas PMK Kabupaten Jembrana.
Menurut data yang diperoleh dari Karantina Pertanian Wilayah Kerja Gilimanuk, sejak ditetapkan lockdown terkait antisipasi PMK, tercatat sudah ada 5 kali pengembalian ke daerah asalnya.
Rinciannya, ditolak di Pelabuhan Ketapang sebanyak 4 kali, dan digagalkan di Pelabuhan Gilimanuk satu kali.

Berkaca dengan kasus ini, pihak Satgas PMK Jembrana akan mulai menerapkan penebalan personel untuk memperketat pengawasan lalulintas ternak.
Menurut Penanggungjawab Karantina Pertanian Wilayah Kerja Gilimanuk, I Nyoman Ludra, sejak diberlakukannya aturan Bali Lockdown pada 1 Juli 2022 lalu, tercatat ada 5 kali upaya penyelundupan hewan ternak babi melalui Pelabuhan Gilimanuk.
Seluruhnya telah ditolak dan dikembalikan ke daerah asalnya.
"Tercata sudah ada 5 kali. 4 kali ditolak di Pelabuhan Ketapang dan satu kali kepergok du Pelabuhan Gilimanuk kemarin ini," ungkap Ludra saat dikonfirmasi, Selasa 26 Juli 2022.
Dia menjelaskan, dalam setiap kejadian ini pihaknya selalu berkoordinasi dengan Pelabuhan Ketapang.
Selain itu pihaknya juga sempat berkoordinasi dengan para peternak khususnya babi agar tidak melakukan hal nekat mengingat Bali masih menerapkan status lockdown alias tak menerima dan mengirim hewan ternak berpotensi PMK.
"Kita juga hanya mengimbau kepada para peternak agar tidak melakukan hal tersebut (pengiriman). Kami juga m sudah meminta agar tetap menjaga kesehatan kandang dan lainnya untuk mengantisipasi terserang PMK," tegasnya.
Ludra juga mengungkapkan, sejak awal Satgas PMK Jembrana disebutkan tidak pernah melakukan pengawasan di wilayah Pelabuhan Gilimanuk.
Diharapkan, satgas lebih aktif untuk melakukan pengawasan baik di wilayah maupun di perbatasan yakni Pelabuhan.
"Kami lihat selama ini satgas tidak ada disini. Mungkin pihak aparat sudah melakukan pengawasan di setiap wilayahnya. Kami harap mari menjaga bersama-sama baik itu dari kita dan satgas (pemerintah) juga. Karena kita disini juga kekurangan personel untuk melakukan pengawasan secara penuh,"
Disinggung mengenai modus yang digunakan oleh para pelaku ini, Ludra mengungkapkan modus yang paling sering ditemukan adalah mengelabui petugas dengan menutup kendaraan pakai terpal. Namun, pihaknya tak berani memastikan apakah hewan-hewan ternak itu dibius atau tidak. Mengingat penggunaan bius sangat riskan atau berbahaya.
"Kalau saya rasa penggunaan bius itu bisa saja terjadi dan bisa tidak. Karena pernah ada kejadian overdosis, hewannya mati. Tapi modus selama ini yang paling umum adalah menutup dengan terpal," ujarnya.