Berita Bali
Miliki Potensi Penularan PMK Lebih Parah Dari Sapi, Babi Tak Jadi Prioritas Penerima Vaksin PMK
Miliki Potensi Penularan PMK Lebih Parah Dari Sapi, Babi Tak Jadi Prioritas Penerima Vaksin PMK
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) untuk babi memang belum menjadi skala prioritas di Indonesia, karena hewan ternak yang terpapar PMK sejauh ini hanya sapi saja. S
elain itu vaksinasi PMK untuk Babi belum tersedia.
Para peternak di Bali pun dianjurkan untuk melakukan vaksinasi PMK pada babi secara mandiri atau membeli sendiri.
Hal tersebut yang diungkapkan oleh, Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Katut Hari Suyasa ketika dikonfirmasi pada, Jumat 26 Agustus 2022.

“Kita dianjurkan mandiri jadi kita beli. Sedangkan kalau kita beli modal yang dibutuhkan sangat tinggi sedangkan harganya Rp. 25 ribu/dosis. Kalau kita punya babi 700 ribu ekor sesuai dengan data pemerintah bisa dibayangkan berapa nilai yang harus kita siapkan untuk membantu rakyat,” katanya.
Hal tersebut juga menjadi sesuatu yang sangat berat untuk GUPBI. Hari mengatakan sudah berkali-kali GUPBI meminta pada pemerintah pusat agar tidak hanya sapi divaksinasi PMK namun babi juga menjadi hal yang penting untuk di vaksinasi. Mengapa itu penting ? Karena jika babi tertular PMK bisa menyebarkan 3 ribu kali kekuatannya lebih hebat dari sapi yang terdampak.
“Karena G20 Bali menjadi hal yang istimewa sehingga Bali yang notabenenya zona merah tidak diizinkan mengirimkan hewan ternaknya keluar daerah karena G20, tetapi pemerintah jangan juga ketika kita diistimewakan berlalu lintasnya, tetapi lupa menjaga Bali itu sendiri terkait dengan ternak babinya ini not fear,” tambahnya.
Pemerintah juga perlu memikirkan bagaimana caranya dan agar babi di Bali tervaksin terutama yang dimiliki rakyat yang sangat minim dalam permodalan. Babi-babi yang dimiliki perusahaan besar menurutnya sudah siap dalam permodalan untuk memberikan babi vaksinasi PMK. Hanya saja membelinya tidak boleh sedikit. Terakhir yang ia dengar satu perusahaan harus membeli 1.000 dosis atau sejumlah 200 mL karena sekali injeksi 2 mL dan jika dikalikan 200 mL dikali Rp. 25 ribu yakni ditemukan angka Rp. 5 Miliar uang yang harus disiapkan.
“Tetapi kita dari GUPBI sudah berencana memasukan secara mandiri 50-60 ribu dosis vaksin babi. Terutama untuk induk karena umurnya lebih panjang yakni tahunan. Kita mencoba melakukan sesuatu kepada Bali sebelum pemerintah bisa membantu kita. Tetapi tidak semua peternak mau secara mandiri kalau mereka disuruh vaksin sedangkan harga jual produksi rendah tidak bisa dikirim keluar ngapain mereka vaksin,” tutupnya. (*)