Berita Karangasem
Permintaan Garam Amed dari Hotel dan Restoran Meningkat, Tembus 60 Ton Hingga Juli 2022
Permintaan Garam Amed Bali meningkat sejak beberapa bulan terakhir. Sebagian besar pesanan datang dari hotel dan restoran dari luar Bali.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KARANGASEM - Permintaan Garam Amed Bali meningkat sejak beberapa bulan terakhir.
Sebagian besar permintaan datang dari hotel dan restoran.
karena sudah beroperasi (buka) kembali.
Ketua Komunitas Masyarakat Indikasi Geografis (MPIG) Garam Bali, I Nengah Suanda mengaku, permintaan garam naik sejak beberapa bulan terakhir.
Terhitung dari awal 2022, permintaan bisa mencapai 50 sampai 60 ton yang berasal dari beberapa hotel dan restoran dari luar Bali.
Seperti Bandung, Jakarta, dan lain-lain.
Baca juga: Kadek Dwi Hembuskan Napas Terakhir, Korban Meninggal Ledakan Kompor Mayat di Blahbatuh Jadi Tiga
"Tahun 2022, sampai bulan Juli penjualan garam amed hampir mencapai 60 ton. Untuk Agustus belum tahu. Permintaan setiap tahun tidak menentu. Kadang kurang 60 ton. Astungkara sekarang mulai meningkat permintaannya," ungkap Nengah Suanda, Senin 29 Agustus 2022.
Ia menambahkan, meningkatnya permintaan garam amed karena hotel dan restoran sudah mulai operasi, sehingga membutuhkan garam lebih banyak dibandingkan saat pandemi.
Wisatawan mancanegara yang berkunjung kebanyakan membeli garam amed untuk kebutuhan sehari-hari.
"Harga garam per kilogramnya sekitar 30 ribu, itu harga garam yang belum dikemas. Kalau garam yang sudah dikemas harganya beda. Satu bungkus isi 100 gram bisa mencapai 25 - 30 ribu," tambah Nengah Suanda.
Untuk pasokan Garam Amed di Kelompok MPIG masih banyak menumpuk. Pasokan garam saat ini mencapai sekitar 10-12 ton lebih, terhitung dengan sisa pembuatan 2021.
Proses produksi garam kembali dilakukan per Agustus 2022, mengingat cuaca di Amed sudah mulai membaik.
Baca juga: Tembok Retak hingga Pelinggih Patah, 3 Bangunan di Karangasem Rusak Akibat Gempat 5,8 SR
Stok garam yang ada sebagian belum dibungkus, dan ada juga yang sudah.
Garam sementara dibiarkan hingga ada pembeli.
Pihaknya berharap, permintaan garam dari luar Bali mengalami peningkatan, dengan harapan petani garam bisa mendapatkan pemasukaan lebih banyak.