Berita Bali
Happy Salma dan Nicolas Saputra Produseri Pementasan Calonarang di Jakarta, Tiket terjual 95 Persen
Happy Salma dan Nicholas Saputra memproduseri pementasan Calonarang di Jakarta 10 dan 11 September 2022 mendatang. Kini tiket sudah terjual 95 persen.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Total tiket selama pementasan kurang lebih 1500an.
"Sebuah hal yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah dewasa, mereka membutuhkan sisi pertunjukan lain. Di sini kita ingin mengenalkan ke Jakarta, apa itu Calonarang, jadi kita bawa 90 orang seniman dari Bali ke Jakarta," ujarnya.
Happy Salma menjelaskan, durasi pementasannya nanti selama dua jam. Seperti cerita calonarang pada umumnya, ini merupakan pementasan yang menceritakan tentang wabah.
Karena itu, melalui pementasan ini, ia ingin memberitahu bahwa leluhur kita dulu telah mengenal wabah atau pandemi.
"Kita ingin membagi apa yang dicatat oleh leluhur. Ada cerita tentang wabah, tentang pandemi. Leluhur kita sudah memberikan jalan, ini loh penetralnya. Yakni sudamala atau pembersihan. Ini cerita universal, bukan satu keyakinan saja," ujarnya.
Nicolas Saputra menambahkan, dalam pementasan ini, pihaknya ingin menyampaikan bahwa Bali bukan hanya pantai, beasch club dan tentang apa yang dikenal secara umum.
Namun Bali juga mepunyai pementasan sastra.
"Calonarang pernah dipentaskan di Paris 1991. Ini merupakan pementasan universal untuk dibawa keluar. Calonarang adalah kendaraan dari berbagai macam seni, baik musik, tarian dan sastra."
"Dalam pementasan ini, kami akan pertahankan bahasa kawi, tapi terjemahannya tetap bahasa Indonesia agar penonton di Jakarta memahami alur cerita," tandasnya.
AA Ngurah Anom selaku penata kostum mengatakan, pihaknya akan membawa kostum sederhana. Hal tersebut untuk membuat penonton terbawa ke masa lalu.
"Kostum kita agak sederhanakan, agar penonton bisa terbius, bisa kembali ke masa lalu," ujarnya.
Prof I Wayan Rai menjelaskan bahwa kisah Calonarang merupakan cerita yang diambil dari sastra Jawa, tepatnya pada masa kerajaan Majapahit.
Saat keruntuhan Majapahit, sastra ini dibawa ke Bali, dan disadur dalam pementasan dalam masa kerajaan Gelgel, di Klungkung.
"Intinya, melalui cerita calonarang ini. Ini adalah sebuah ruatan (pembersihan). Di samping ruatan untuk diri sendiri juga untuk alam semesta," ujarnya. (*)