Berita Jembrana
Mega Proyek Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk, Warga Pertanyakan Proses Ganti Rugi Lahan
Pengerjaan mega proyek Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk telah resmi dilakukan, Sabtu 10 September 2022 kemarin. Muncul pertanyaan soal ganti rugi lahan
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Pengerjaan mega proyek Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk telah resmi dilakukan, Sabtu 10 September 2022 kemarin.
Hal ini menjadi angin segar bagi sebagian warga dan pelaku perjalanan.
Terutama mereka yang berasal dari Jembrana dan bekerja di wilayah Kota Denpasar dan Badung atau sekitarnya.
Di sisi lain, setelah adanya ritual nasarin (mulang dasar) atau ground breaking, justru banyak muncul pertanyaan masyarakat soal kejelasan dari proses ganti untung lahan yang terdampak.
Masyarakat yang terdampak terutama mereka yang lahan dan bangunannya harus tergusur itu mulai khawatir.
Baca juga: BLT BBM dan BPNT Sudah Diterima 1.262 KPM Jembrana, Door To Door Untuk Lansia dan Disabilitas
Ketua Komisi II DPRD Jembrana, I Ketut Suastika mengungkapkan, dalam setiap bentuk pembangunan pasti ada dampak positif dan negatif.
Menurutnya, jika melihat pembangunan mega proyek Jalan Tol dari sisi akses, transportasi, dan lainnya justru menguntungkan masyarakat yang bergerak di bidang pelaku perjalanan dan pelaku usaha lainnya.
"Jadi bisa mengurangi kemacetan. Tidak ada lagi bahasa bahwa akses menuju Jembrana itu jauh. Sehingga ini nanti bisa berdampak positif bagi Bali khususnya Jembrana," katanya.
Jika melihat dari sisi lainnya, kata dia, pembangunan justru mempengaruhi tatanan yang ada.
Salah satunya adalah banyaknya lahan pertanian yang tergusur atau sekitar 60 hektare.
Tentunya, hal ini mengurangi luasan lahan pertanian di Jembrana.
"Sehingga nanti, dengan perubahan RTRW, kita pertimbangkan lahan pertanian yang diambil oleh Jalan Tol ini. Apalagi proyek ini juga mengurangi luasan lahan di Jembrana," katanya.
Baca juga: Ground Breaking Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk, Menteri PUPR Minta Tol Jagat Kerthi Bali Selesai 2025
Pria yang akrab disapa Cohok ini juga mengungkapkan, pasca dilakukan ground breaking Jalan Tol Jagat Kerthi Bali tersebut, banyak muncul pertanyaaan dari masyarakat terkait kejelasan ganti untung yang lahannya terdampak.
"Banyak sekali masyarakat yang mempertanyakan kejelasan di bawah. Meskipun beberapa kali ada sosialiasi, tapi masyarakat kita belum mendapat jawaban yang valid. Kemudian proses setelah pelaksanaan ini dan sebagainya. Sampai sekarang tindaklanjutnya belum ada," ungkapnya.
Sejatinya, masyarakat di bawah hanya sangat menginginkan adanya kejelasan, meskipun belum ada transaksi.
Sehingga masyarakat yang lahannya tergusur menjadi lebih tenang.
Sebab, untuk masyarakat yang lahan dan bangunan diinformasikan tergusur mega proyek, justru semakin khawatir.
"Hanya meminta kejelasan saja dulu. Terutama mereka yang lahan dan rumahnya terkena jalur tol sangat berpikir. Karena jika diatasi sudah berproses (peletakan batu pertama), di bawah (masyarakat) harus segera berproses juga. Intinya ada kejelasan di bawah, psikis masyarakat yang terdampak sangat terganggu.
Baca juga: Sosialisasi & Konsultasi Publik Tol Mengwi-Gilimanuk di Tabanan Sudah Clear, Ini Tahapan Selanjutnya
"Kami harap pemerintah harus segera mempertimbangkan," tandasnya.
Untuk diketahui, menurut site plan yang terpampang di lokasi, Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk ini akan menjadi jalur alternatif dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Ibu Kota Provinsi Bali Denpasar.
Pembangunan jalan tol sepanjang 96,84 kilometer ini akan dilaksanakan sebanyak tiga seksi.
Rinciannya, Seksi 1 pada jalur Gilimanuk-Pekutatan sepanjang 53,6 km, kemudian Seksi 2 pada jalur Pekutatan-Soka dengan panjang 24,3 km, terakhir seksi 3 pada jalur Soka Mengwi dengan panjang 18,9 km. (*)
Berita lainnya di Tol Mengwi-Gilimanuk