Berita Bali
Ekonomi Hadapi 2 Cobaan, Dampak Resesi Global Menurut Ekonom Unud Bali dan Celios
resesi global diperkirakan terjadi pada 2023, inflasi akan naik dan saat bersiap untuk bangkit menghadapi ketidakpastian dunia yang tak menentu.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Dikonfirmasi terpisah, Director Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira memebeberkan beberapa dampak resesi global yang akan terjadi di Indonesia.
Seperti nantinya kinerja ekspor akan melambat karena terjadi penurunan dari harga komoditas akibat melemahnya permintaan industri di negara maju, naiknya tingkat suku bunga memicu pelemahan berbagai sektor usaha dari properti hingga otomotif.
Juga akan berdampak pada bertambahnya jumlah orang miskin karena kesempatan kerja menurun, sementara harga barang semakin mahal.
Pemulihan sektor pariwisata terhambat oleh rendahnya minat masyarakat melakukan aktivitas leisure atau rekreasi karena fokus utama pada pemenuhan kebutuhan pokok dan ekonomi Indonesia akan tumbuh melambat dan masuk pada fase stagflasi, di mana inflasi tinggi tidak berbanding lurus dengan terbukanya lowongan kerja baru.
Ia pun menyarankan pada pemerintah Indonesia untuk menerapkan beberapa hal agar resesi global ini tidak terlalu berpengaruh.
“Jaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan memaksimalkan devisa hasil ekspor dikonversi ke rupiah dan ditahan di bank domestik, meningkatkan pasokan pangan lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan berikan stimulus ke sektor yang paling terdampak yakni properti dan otomotif dengan subsidi uang muka dan program subsidi bunga,” kata Bhima.
Ia juga menekankan agar UMKM juga perlu lebih didorong untuk memperluas akses pasar dengan digitalisasi sehingga kemampuan serapan kerja menjadi meningkat.
Benahi Sebelum Transformasi
GABUNGAN Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Bali menyarankan agar Bali lebih memperbaiki sektor pariwisata terlebih dahulu sebelum melakukan transformasi atau memfokuskan kegiatan ekonomi pada sektor pertanian.
“Bali harus memperbaiki sektor pariwisatanya terlebih dahulu, barulah diikuti dengan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, ekspor, hingga manufacturing. Untuk industri ekspor pun, saat ini yang masih dikatakan baik untuk Bali adalah ekspor hasil alam, seperti ikan atau bibit ikan,” kata Ketua GPEI Bali, Panudiana Kuhn, Selasa 4 Oktober 2022.
Diakuinya, kondisi ini memang cukup berat, maka dari itu ia mengimbau agar seluruh pihak tetap optimistis dan jangan sampai stres.
Ia mengatakan, kondisi perekonomian saat ini masih sangat memprihatinkan.
Dampak adanya kenaikan BBM pada angkutan kota, bemo kecil, atau bis-bis harus menaikkan harga.
Sebab kalau tidak, jasa transportasi darat tersebut akan mati sendiri.
Terlebih lagi saat ini, pembelian BBM subsidi tidak boleh banyak.