Berita Bali
Penerbangan Reguler di Bali Terdampak, Bandara Ngurah Rai Tampung Pesawat VVIP KTT G20
Jelang KTT G20 di Bali, ada 39 tamu VVIP baik Kepala Negara anggota negara-negara G20 maupun undangan
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Pada KTT G20 di Bali pertengahan November 2022 dijadwalkan akan ada 39 tamu VVIP baik Kepala Negara anggota negara-negara G20 maupun undangan.
Mereka akan membawa pesawat kepresidenan maupun private jet.
Selain di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, pemerintah telah menyiapkan 9 bandara lain untuk pesawat-pesawat itu parkir dan menginap di bandara atau Remain Over Night (RON).
Dan Pemerintah bersama Angkasa Pura I akan mengatur sedemikian rupa alur jadwal penerbangan VVIP tersebut agar tidak mengganggu penerbangan reguler.
Baca juga: Bali Siapkan 24 Hotel Untuk Delegasi KTT G20, Ini Daftar Hotelnya
"Terkait dengan pengaturan pesawat sesuai dengan arahan dari Bapak Menko Luhut Binsar Pandjaitan, kita akan melakukan exercise (latihan/simulasi) kembali," ujar General Manager Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai, Handy Heryudhitiawan, Rabu 5 Oktober 2022.
Exercise tersebut dilakukan, sebut Handy, untuk memastikan bahwa Bandara Ngurah Rai siap menerima kedatangan delegasi kepala negara, khususnya yang akan di-handle di sini berapa banyak, kemudian mana-mana bandara lain yang menerima untuk RON pesawat tersebut.
Terkait pengaturan itu pihaknya terus melakukan koordinasi bekerjasama dengan AirNav Indonesia, Kementerian Perhubungan khususnya Otoritas Bandara dan TNI AU.
"Sesuai dengan agenda yang sudah disusun diusulkan pada saat ini bahwa NAC atau Notice Airport Capacity (kemampuan Bandara nngurah Rai untuk menampung pesawat) di hari normal itu NAC kita 32 takeoff dan landing. Nanti pada saat KTT G20 itu NAC-nya kita turunkan jadi 20, takeoff dan landing," imbuh Handy.
Handy mengatakan, NAC diturunkan saat KTT G20 karena jumlah tempat parkir atau apron pesawat yang ada sudah disiapkan untuk pesawat kepresidenan maupun private jet, sehingga jumlah ketersediaan apron pesawat semakin menurun untuk digunakan penerbangan komersial reguler.
"Untuk itulah kenapa NAC-nya kita turunkan jadi 20. Namun demikian kita pastikan pelayanan komersial flight itu masih tetap bisa kita berikan atau layani untuk penerbangan reguler. Bilamana terjadi penutupan bandara (khususnya aerodome) mereka (maskapai) akan mencari jadwal jam yang masih buka atau re-time lagi geser mencari jam bandara I Gusti Ngurah Rai buka," jelasnya.
Operasional bandara I Gusti Ngurah Rai akan dibuka 24 jam pada periode 11-20 November untuk mengakomodir pesawat kepresidenan maupun private jet yang digunakan oleh 39 VVIP KTT G20 dan penerbangan komersial reguler.
Selain Bali, 9 bandara pendukung di sekitarnya juga akan beroperasi 24 jam pada periode yang sama.
Berapa banyak penerbangan reguler komersil di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai selama periode tersebut, Handy menyampaikan masih menghitungnya.
"Saat ini masih kita hitung dan pastikan karena memang di beberapa jam penerbangannya fluktuatif dan berbeda. Dan pada jam-jam tertentu akan kita coba geser dan kita minta maskapai itu untuk melakukan re-time. Kalau dilihat dari data yang ada dampaknya sekitar 30 sampai 40 persen dari total pergerakan pesawat yang ada di Bandara Ngurah Rai akan digeser," jelasnya.
Bukan berarti mereka tidak diizinkan terbang, tetapi maskapai diminta menyesuaikan ke jam-jam yang masih terbuka dan skenario itu masih terus dimatangkan oleh Angkasa Pura I, Kemenhub, AirNav Indonesia dan stakeholder terkait lainnya.