Berita Bali

KISAH PILU, Ditolak RS, Anak Membonceng Ibu & Meninggal Dunia di Jalan, Kini Tempuh Jalur Hukum

Pihak keluarga Nengah Sariani (44) ibu atau istri yang meninggal dunia, dalam perjalanan akibat terlambatnya penanganan saat sakit.

Tribun Bali/Adrian
Masih ingat Tribunners, dengan kisah pilu seorang anak yang membonceng ibunya.  Di mana setelah ditolak dari rumah sakit, dan kemudian sang ibu meninggal dunia.  Pihak keluarga Nengah Sariani (44) ibu atau istri yang meninggal dunia, dalam perjalanan akibat terlambatnya penanganan saat sakit. Karena ditolak RSUD Wangaya dan RSU Manuaba Denpasar, akhirnya mantap menempuh jalur hukum. 

TRIBUN-BALI.COM - Masih ingat Tribunners, dengan kisah pilu seorang anak yang membonceng ibunya. 

Di mana setelah ditolak dari rumah sakit, dan kemudian sang ibu meninggal dunia. 

Pihak keluarga Nengah Sariani (44) ibu atau istri yang meninggal dunia, dalam perjalanan akibat terlambatnya penanganan saat sakit.

Karena ditolak RSUD Wangaya dan RSU Manuaba Denpasar, akhirnya mantap menempuh jalur hukum.

Baca juga: Meninggal karena Tak Dapat Bantuan RS, RSUD Wangaya Denpasar Bantah Disebut Tolak Pasien Darurat

Baca juga: RSUD Wangaya Denpasar Membantah Disebut Menolak Pasien, Begini Kronologi Versi RSUD Wangaya

Masih ingat Tribunners, dengan kisah pilu seorang anak yang membonceng ibunya. 

Di mana setelah ditolak dari rumah sakit, dan kemudian sang ibu meninggal dunia. 

Pihak keluarga Nengah Sariani (44) ibu atau istri yang meninggal dunia, dalam perjalanan akibat terlambatnya penanganan saat sakit.

Karena ditolak RSUD Wangaya dan RSU Manuaba Denpasar, akhirnya mantap menempuh jalur hukum.
Masih ingat Tribunners, dengan kisah pilu seorang anak yang membonceng ibunya.  Di mana setelah ditolak dari rumah sakit, dan kemudian sang ibu meninggal dunia.  Pihak keluarga Nengah Sariani (44) ibu atau istri yang meninggal dunia, dalam perjalanan akibat terlambatnya penanganan saat sakit. Karena ditolak RSUD Wangaya dan RSU Manuaba Denpasar, akhirnya mantap menempuh jalur hukum. (Tribun Bali/Adrian)

Pimpinan rumah sakit dan dokter, terkait dilaporkan ke Polda Bali atas dugaan melanggar undang-undang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32, pasal 190 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang mana ayat 2 dan Pasal 59 ayat 1 UU no 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan serta KUHP mengakibatkan korban meninggal dunia.

Made Alit Putra (20) putra dari Nengah Sariani menyampaikan, kronologis kejadian bermula dari sang ibu yang mengalami batuk berdarah.

Lalu dia bersama kakak perempuan, berinisiatif melarikan ibu segera ke RSUD Wangaya yang terdekat dari rumah pada 24 September 2022 pukul 20.30 WITA, dengan berbonceng bertiga.

"Sampai di RSUD Wangaya ada satpam, satpam bilang kenapa itu batuk berdarah, lalu panggil dokter tidak datang, lalu saya masuk ke dalam suruh nunggu.

Ada dokter perempuan datang bilang kalau ruangan penuh tidak ada bed, saya minta pertolongan pertama saja juga tidak bisa karena tidak ada bed terus disarankan ke RSU Manuaba," kata Alit.

"Kami kemudian pinjam ambulans untuk ke RSU Manuaba tidak dikasih juga, akhirnya kami kembali naik sepeda motor bertiga langsung ke RSU Manuaba, tiba di RSU Manuaba pas situasi masih di atas motor panggil dokter ke dalam.

Dipegang tangan ibu sama dokter laki-laki, dicek disarankan langsung ke RSUP Sanglah, di RSU Manuaba pinjam ambulans tidak dikasih juga karena alasannya takut menjadi masalah rumit," imbuhnya.

Anak Nengah Sariani, Made Alit Putra (tengah) didampingi dua lawyer LBH Paiketan Krama Bali saat memberikan kesaksian.
Anak Nengah Sariani, Made Alit Putra (tengah) didampingi dua lawyer LBH Paiketan Krama Bali saat memberikan kesaksian. (Tribun-Bali.com/Adrian Amurwonegoro)

 

Selanjutnya dengan sepeda motor Alit dan kakak perempuannya, lanjut mengendarai sepeda motor yang dipakai bonceng bertiga ke RSUP Sanglah, sampai kaki jempol kiri ibunya terluka terseret aspal.

"Menempuh perjalanan dari RSUD Wangaya ke RSU Manuaba dan ke RSUP Sanglah, pas di RSUP Sanglah ditangani diambilkan bed, diperiksa di UGD, dicek jantung sudah berhenti sudah meninggal dunia dalam perjalanan karena telat penanganan," tuturnya.

Alit menuturkan, sang ibu sudah lama menderita sakit batuk, karen dikira batuk biasa maka keluarga tidak pernah periksa ke dokter, selama ini hanya mengandalkan obat dari apotek saja.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved