Berita Jembrana
Kisah Ni Putu Widya Margareta, Korban Bencana di Jembrana, Ingin Jadi Pramugari
Kisah Ni Putu Widya Margareta, ditemukan meninggal dunia setelah hilang selama 1,5 hari, sangat royal dengan teman-temannya
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Suasana di rumah duka korban hanyut di Sungai Bilukpoh, di Banjar Yeh Buah, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali, tampak diselimuti duka, Rabu 19 Oktober 2022 sore.
Keluarga tampak sibuk melakukan upacara mengingat hari ini adalah upacara pengabenan.
Di sisi lain, sahabat dekat almarhum Ni Putu Widya Margareta (17) mengenang bahwa ia adalah sosok yang rajin, kreatif dan royal dalam segala bidang.
Ni Putu Widya sempat bercerita ingin kuliah di Jogjakarta dan ingin menjadi seorang pramugari.
Baca juga: Dumogi Amor Ing Acintya, Kisah Para Korban Bencana di Jembrana hingga Karangasem
Teman dekatnya, Ni Komang Intan Puspadewi (17) begitu terkejut dan sangat sedih ketika mendengar kabar bahwa sahabat sekaligus teman sebangkunya sejak di bangku SMP ini mengalami musibah.
Ia tak henti-hentinya menangis dan berharap agar alamarhum segera ditemukan dengan keadaan selamat.
Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, Ni Putu Widya harus ditemukan meninggal dunia setelah hilang selama 1,5 hari.
Sehingga ia bersama kawan lainnya memilih mengikhlaskan almarhum agar pergi dengan tenang dan diterima di sisi-Nya.
"Dari dapat kabar itu (korban hanyut) sudah menangis. Kami sangat dekat dan sudah sebangku sejak SMP," tutur Komang Intan di rumah duka.
Dia mengenang Putu Widya adalah sosok yang jujur, ceria, rajin, kreatif dan tidak pelit.
Artinya dia sangat royal dengan teman-teman, terutama soal makanan.
Ia selalu berbagi dengan temannya jika membawa makanan lebih.
"Orangnya sangat baik, jujur, ceria terus juga gak pelit. Royal lah orangnya. Tapi memang orangnya (korban) agak keras kepala juga," kenangnya.
Menurutnya, selama berteman sejak SMP, Komang Intan ini merasa sangat kesepian jika Putu Widya tidak masuk sekolah.
Itu karena almarhum adalah orang yang ceria dan seru.
"Anaknya juga agak cerewet. Tapi, kalau gak ada dia misalnya gak masuk sekolah, rasanya kurang seru," tutur siswi alumni SMPN 1 Mendoyo ini.
Komang Intan juga menuturkan, almarhum sempat curhat dan hendak melanjutkan kuliah di Jogjakarta.
Ia dari dulu hendak menjadi pramugari.
Namun dia merasa ada yang aneh, ketika Putu Widya sempat bertanya-tanya apakah dirinya akan bisa bertemu temannya di Bali ketika kuliah nanti.
"Katanya udah dari dulu mimpi untuk jadi pramugari dan kuliah di Jogja. Dia sudah nyiapin segala hal dan berkas untuk kuliahnya," katanya.
Disinggung mengenai hobi kesehariannya, Komang Intan menyampaikan, almarhum sangat menyukai hobi yang ekstrem.
Salah satunya adalah Siswa Pecinta Alam (Sispala).
Ia mengikuti ekstrakurikuler Sispala sejak SMP.
"Tapi kemarin sempat bilang juga mau beralih ikut ekstrakurikuler tata rias. Karena itu baru ada," tandas siswi asal Banjar Pangkung Kwa, Desa Penyaringan ini.
Teman lainnya, Nadyallyandari (17) mengungkapkan hal senada.
Meskipun hanya baru kenal saat duduk di bangku SMA, ia mengakui almarhum adalah sosok yang sangat baik, rajin, dan ceria. Namun, ia sedikit keras kepala.
"Orangnya memang agak keras kepala dia (almarhum). Tapi, anaknya baik, rajin, kreatif dan ceria," kenang teman sekelasnya ini.
Siswi yang akrab disapa Nadya ini juga menegaskan, almarhum dikenal sosok yang rajin membantu orangtua.
Jika selama ini atau setiap hari libur sekolah selalu membantu orangtuanya berjualan sayur ke pasar.
Itu dilakoninya tanpa ada rasa malu.
"Orangnya rajin bantu orangtua. Setiap libur pasti bantu berjualan. Orangnya gak pernah nolak permintaan orangtuanya, selalu diakukan," ujarnya.
Putu Widya juga sosok yang aktif di kelas.
Misalnya ketika ada guru yang bertanya di kelas, ia selalu menjawabnya dengan baik.
"Kami merasa kehilangan dengan sosok Widya (alm) ini," tutupnya.
Untuk diketahui, kepergian Ni Putu Widya Margareta (17) meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan keluarga besar sekolahnya.
Siswi kelas XII di SMAN 2 Mendoyo itu meninggal dunia setelah terpeleset dan jatuh ke derasnya aliran Sungai Bilukpoh, Senin 17 Oktober 2022 pagi.
Ia kemudian ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di bibir Pantai Delod Berawah oleh warga yang sedang mencari kayu.
Menurut Kepala SMAN 2 Mendoyo, I Komang Winata menyatakan kepergian seorang siswinya itu menjadi duka yang mendalam bagi keluarga besar SMAN 2 Mendoyo.
Apalagi warga sekolah mengenang Ni Putu Widya sosok yang rajin.
"Memang anak yang kreatif, dan rajin juga. Ia rajin itu tidak hanya di sekolah, tapi juga rajin membantu orang tuanya,”ucapnya.
Winata menuturkan, dalam kesehariannya, ia juga diajak orang tuanya untuk berjulan sayur.
Bahkan, siswi jurusan IPS I itu juga sempat bercerita kepada wali kelasnya punya cita-cita sebagai pengusaha sayur.
"Sekarang ibuknya masih memiliki bayi, tugas itu (berjualan) kemudian digantikan atau dilakukan almarhum. Intinya, siswi ini sangat membantu orang tuanya," tuturnya.
Di kegiatan sekolah, kata dia, Ni Putu Widya juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Dan anaknya adalah siswi yang sangat disiplin tergolong anak pintar.
"Dia (korban) juga masuk 10 besar di kelasnya. Intinya tidak pernah ada masalah, orangnya baik. Bahkan teman sebangkunya juga sangat merasa kehilangan," katanya. (made prasetia aryawan)
Kumpulan Artikel Jembrana