Bocah Dirantai

Ibu dan Pacarnya Jadi Tersangka, Tragis, Dua Bocah Dirantai Seperti Hewan di Tabanan

Nasib tragis dialami dua orang bocah di bawah umur di Kecamatan/Kabupaten Tabanan. Dua bocah itu dirantai seperti hewan peliharaan

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Istimewa
Kondisi dua bocah yang dirantai orangtuanya di Tabanan, Bali saat ditemukan. Ibu dan pacarnya kini ditetapkan sebagai tersangka. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Nasib tragis dialami dua orang bocah di bawah umur di Kecamatan/Kabupaten Tabanan. Dua bocah itu dirantai seperti hewan peliharaan di rumah yang dalam keadaan listrik padam.

Beruntung bocah berusia enam dan tiga tahun itu kemudian diselamatkan para tetangga korban. Kasus ini pun sudah ditangani oleh Unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Satreskrim Polres Tabanan.


Unit PPA Satreskrim Polres Tabanan akhirnya menetapkan ibu kedua bocah itu bersama pacarnya sebagai tersangka. Kasus perantaian yang dilakukan ibu kandung itu telah ditangani oleh polisi. Dengan menjerat keduanya sebagai tersangka dalam peristiwa tersebut.

Baca juga: Bocah Dirantai, KPPAD Kutuk Perbuatan Pelaku Tega Rantai Dua Anak di Tabanan Bali


Kapolres Tabanan, AKBP Ranefli Dian Candra didampingi Kasat Reskrim Polres Tabanan, AKP Aji Sekar Yoga mengatakan, awal kasus ini diketahui dari informasi masyarakat. Kemudian pihaknya ke TKP untuk mengamankan kedua anak itu.

Dan dalam penyelidikan, diketahui ibu kandungnya merantai anaknya yang tinggal hanya berdua di rumah.

Tidak ada orang lagi. "Untuk keduanya sudah kami tetapkan tersangka. Pertama adalah pacar ibu kandungnya dan ibu kandungnya sendiri," kata Yoga, Senin (24/10).


Dari keterangan tersangka, sambungnya, ibu kandungnya mengaku baru pertama melakukan hal tersebut. Dan ibunya waktu itu hendak ke luar rumah. Dan merasa jengkel.

Saat ini pihaknya masih mengembangkan bagaimana rantai itu bisa berada di tempat tersebut. Dan mengembangkan, apa saja yang dilakukan oleh tersangka kepada korban

Meskipun pihaknya sudah mempunyai dua alat bukti untuk menetapkan tersangka.


"Saat ini setelah keduanya kita periksa, kita undang juga dinas terkait dengan perempuan dan anak. Kami juga sudah melaksanakan visum dan berkoordinasi dengan rumah sakit. Sementara kita masih menunggu hasil visum. Apa yang dilakukan orangtua terhadap anak," ungkapnya.

Baca juga: Tragis, Dua Anak di Bawah Umur di Tabanan Dirantai dan Ditinggalkan Saat Lampu Padam


Yoga menambahkan, kondisi fisik anak ini secara pasti ada bagian tubuh mengalami luka. Hanya saja, belum dipastikan apakah luka itu hasil dari pada penganiayaan. Maka dari itu, pihaknya masih menunggu.

Terkait kondisi korban yang tidak dipakaikan pakaian anak-anak, hal itu masih akan ditanyakan kepada tersangka.


"Sekarang anak ini kita tempatkan di rumah aman. Sehingga psikologisnya nanti juga tidak terganggu, tidak terguncang. Kemudian ibunya pun kita koordinasikan untuk psikologis," imbuhnya.


Berdasarkan informasi yang dihimpun, kisah tragis dua bocah dirantai dari kepala, diikat ke tangan dan kaki ini diketahui, Sabtu (22/10). Sekitar pukul 20.00 Wita korban diselamatkan oleh warga sekitar.


Polisi saat ini sudah menyita 2 buah rantai besi dengan panjang 2 meter. Juga disita 4 gembok. Selain dirantai juga di bagian leher digembok oleh ibu korban. Parahnya, alasan dari perantaian ini dilakukan orangtuanya supaya anaknya tidak nakal. Dengan kata lain ingin membuat sang anak jera.


Kasus dua bocah di Kecamatan Tabanan ini menyita empati dari tetangga korban. Bahkan, saksi mata awal kejadian, Sunardi alias Pak Puput, tak bisa membendung air matanya karena nasib dua bocah itu. Dengan terisak ia pun menceritakan awal mula kisah pilu dua bocah yang dirantai oleh ibunya sendiri.


Pak Puput mengatakan, ia sudah tinggal sekitar 15 tahun di depan rumah atau TKP kejadian tersebut. Rumah yang menjadi TKP kekerasan terhadap anak itu merupakan rumah pribadi. Rumah milik seorang warga lokal yang baru sekitar enam atau tujuh bulanan tinggal lagi di Tabanan. Sebelumnya, tinggal di Surabaya, Jawa Timur karena berbisnis. Orang asli Bali.


Rumah itu biasanya memang kosong. Sepi dan sunyi. Bahkan sudah 14 tahun. Baru pada enam atau tujuh bulan itu kembali ditinggali oleh anak pemilik rumah. Seorang laki-laki. “Dulu sepi. Kosong. Ada barang kali 14 tahun. Saya di sini sudah 15 tahunan,” ucapnya, Senin.


Anak pemilik rumah yang laki-laki itu, sambungnya, diketahui sudah berpisah dengan istrinya. Selanjutnya, sekitar empat bulanan ini, ada seorang perempuan yang tinggal di rumah tersebut. Yang diketahui, membawa dua orang anak. Dua orang anak inilah yang kemudian menjadi korban kekerasan.

Antara laki-laki pemilik rumah dan ibu dua orang anak ini, tidak diketahui apakah sudah menikah atau ada hubungan khusus lainnya. Namun, sudah sejak empat bulan belakangan tinggal di rumah tersebut. Dan menyusul tiga bulanan, ada ibu kandung laki-laki pemilik rumah dan juga adik dari si laki-laki. Dan adik dari si laki-laku memiliki seorang anak. Sehingga di rumah itu, ada tujuh orang yang tinggal.


“Jadi yang laki-laki awalnya ngojek online. Setelah itu, nggak tahu gimana ceritanya ada perempuan dan membawa dua anak itu. Terus disusul ada ibu sama adiknya yang laki-laki. Adiknya punya satu anak,” ungkapnya.


Terkait kejadian itu, kata dia, awalnya pada Sabtu (22/10) pukul 19.30 Wita, dirinya keluar rumah hendak pergi ke masjid. Selanjutnya, sampai di depan rumah melihat lampu rumah di tetangga depan atau TKP itu padam.

Setelah padam, tiba-tiba terdengar tangisan dari dalam. Ia kemudian dengan tetangga sebelah rumahnya, yakni Nyoman Sarna melompat melalui tembok pagar depan rumah, ke dalam rumah.

Setelah sampai di dalam melihat di halaman depan jendela rumah terlihat bocah yang besar atau kakak berusia enam tahun dalam kondisi telanjang dada. Bocah itu, hanya menggunakan diapers dalam kondisi leher dan kaki terikat rantai dan tergembok.
“Jadi ditali di leher ke tangan dan kaki. Sebagian rantai digembok di kusen jendela. Saya keluar loncat pagar dan melaporkan kejadian ini ke orang-orang di masjid,” ungkapnya.


Pak Puput mengaku, tidak diketahui adanya keributan di dalam rumah. Hanya saja, setiap malam hari terdengar suara tangisan dari kedua bocah itu. Dan keseharian dua korban diketahui, hanya memakai diapers setiap siang hari. Dan selalu berada di pagar rumah meminta roti dan permen ke dirinya dan istrinya.


“Kalau siang ya di pagar itu. Terus manggil Pak De, Pak De, mana roti dan permen. Kok aku nggak dikasih roti sama permen. Nah, kalau sama orangtuanya apakah diberi makan atau minum waktu di dalam rumah, saya tidak tahu,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.


Dijelaskannya, rumah itu setiap hari dalam posisi pintu terkunci. Sudah empat bulan terakhir ini, si anak sering sekali berada di pagar dan meminta makanan seperti roti dan permen itu. Dan seringnya kedua anak itu sendirian di rumah.

Si laki-laki pemilik rumah sering ngojek online, dan ibunya keluar kerja. Ia tidak mengetahui pasti apa kerjaan si ibu. Namun, juga sering diketahui pulang dini hari.


Dan saat ditemukan ia melihat si anak yang besar, di bagian pipi ada kebiru-biruan. Seperti habis dipukuli. “Waktu pas saya tolong ada biru-biru itu di mukanya. Seperti luka terkena pukulan,” ungkapnya.


Ia melanjutkan, ada satu kejadian yang membuat miris menimpa keduanya. Itu terjadi sekitar 8 Oktober 2022. Saat itu ada acara makan-makan di rumahnya. Kemudian, banyak orang yang datang. Nah, bocah yang besar itu, ada di atas pagar, yang di bawah adiknya nangis dan mengeluh tidak dikasih makan. Akhirnya dirinya memberikan makanan itu kepada mereka berdua.


“Jadi mereka itu sampai mengeluh kami tidak beri makan. Akhirnya kami jelaskan bahwa akan dikasih. Seperti roti tart dan jajan serta nasi. Karena mengeluh itu saya tidak sampai hati (tidak tega),” ungkapnya sembari terisak menangis mengingat kejadian.


Setelah diberi makanan, sambungnya, mulai 9 Oktober sudah tidak ada suara. Keduanya tidak pernah di pagar. Sampai dirinya dan istri heran karena keduanya biasanya selalu berada di pagar dengan hanya memakai diapers meminta makanan. Bahkan ia sampai berpikiran negatif dan curiga, bahwa setelah kejadian diberi makanan itulah mereka dirantai oleh ibunya. (ang)


KPPAD Kutuk Perbuatan Pelaku


KETUA Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali, Ni Luh Gede Yastini geram dengan perbuatan pelaku yang merantai leher serta meninggalkan dua bocah di bawah umur di rumah dengan kondisi lampu yang padam, yang terjadi di Tabanan dan viral, Senin (24/10). Bahkan mengutuk adanya tindakan tersebut pada anak-anak.
“KPPAD Bali mengutuk perbuatan orang yang melakukan kekerasan terhadap anak dan KPPAD Bali mendukung aparat kepolisian untuk segera mengusut dan menindak tegas pelaku,” jelasnya.


Pihaknya pun sudah menerima laporan serta sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial P3A Kabupaten Tabanan. Rencananya, KPPAD akan turun ke Tabanan melihat langsung kondisi anak dan juga melakukan koordinasi instansi terkait serta kepolisian setempat, Selasa (25/10).


“Saat ini anak ada di rumah aman Dinas Sosial P3A Kabupaten Tabanan. Besok (hari ini, Red) rencananya kami bertemu langsung dengan anak tersebut juga dengan ibunya,” imbuhnya.


Terkait pasal apa yang menjerat nanti, Yastini mengatakan, pihaknya belum mengetahui pasti pasal apa yang akan menjerat pelaku. Ia akan mendalami siapa pelaku utama dari kasus tersebut.


“Nah saya belum berani mengatakan pasal karena belum tahu peran ibu dalam kasus ini. Apakah dia yang melakukan sendiri kekerasan pada anaknya atau dia tahu anaknya menjadi korban tadi dan dia melakukan pembiaran, seperti kasus N di Denpasar. Karena pasalnya berbeda tergantung perbuatannya,” sambungnya.


Dengan adanya kasus ini, ia berharap agar ada tindakan tegas bagi pelaku kekerasan terhadap anak. Selain itu agar masyarakat memiliki kepedulian terhadap anak di sekitarnya dengan kesadaran dan pemahaman bahwa semua anak adalah anak kita, maka bersama kita lindungi. Serta mengingatkan kepada masyarakat agar berani menjadi pelopor untuk mencegah kekerasan dan menjadi pelapor apabila mengetahui atau melihat kekerasan terhadap anak. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved