Berita Bali
10 Provinsi Tertinggi Kasus Gangguan Ginjal Akut, Berikut Posisi Bali
Laporan kasus harian gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak (GGAPA/AKI) di Indonesia hingga 26 Agustus 2022 kemarin tercatat ada 269 kasus
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Laporan kasus harian gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak (GGAPA/AKI) di Indonesia hingga 26 Agustus 2022 kemarin tercatat ada 269 kasus yang tersebar pada 27 provinsi.
269 kasus itu dengan rincian dirawat 73 kasus, meninggal 157 kasus dan sembuh 39 kasus.
Hal ini disampaikan Jubir Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH pada keterangan pers: “Perkembangan Penanganan Gangguan Ginjal Akut di Indonesia" yang dilaksanakan secara daring melalui zoom meeting, Kamis 27 Oktober 2022.
Baca juga: Menkes Budi Gunadi Pastikan Obat Gangguan Ginjal Akut Akan Diberikan Secara Gratis ke Semua Pasien
“Dari 27 Provinsi itu DKI Jakarta paling banyak ada 57 kasus, Jawa Barat 36 kasus, Aceh 30 kasus, Jawa Timur 25 kasus, Sumatera Barat 19 kasus, Bali 15 kasus, Banten 15 kasus, Sumatera Utara 14 kasus, Sulawesi Selatan 12 kasus dan DI Yogyakarta 6 kasus. Itu 10 provinsi terbanyak disini kasusnya,” imbuh dr. Syahril.
Gangguan atau Gagal Ginjal Akut Ini gejala yang khas adanya gangguan buang air kecil pada balita, mulai dari gejala penurunan jumlah air seni dan frekuensi buang air kecil dengan atau tanpa demam, diare, batuk pilek, mual dan muntah.
“Seperti contoh biasanya buang air kecil 10 kali tapi kok ini cuma lima atau empat kali, begitu pun jumlahnya biasanya pampers basah semua tapi sekarang tidak. Ini salah satu khas dari gagal ginjal akut, kalau dia sama sekali tidak buang air kecil itu sudah stadium tiga atau berat,” ungkap dr. Syahril.
Baca juga: Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut, DPRD Badung Minta Dinkes Pantau Obat yang Disetop
dr. Syahril menambahkan dari total 269 kasus jika dikelompokkan tingkat stadiumnya terbanyak stadium tiga yakni 61 persen, stadium dua ada 7 persen dan stadium satu 11 persen dan yang belum teridentifikasi 20 persen.
“Mayoritas kasus berada pada stadium tiga dan meninggal atau jika dipersentase yakni 61 persen berada di stadium tiga dan meninggal dunia 58 persen,” jelasnya.
Kemenkes bekerja sama dengan berbagai pihak melakukan surveilance atau pendataan supaya seluruh daerah di Indonesia terdata kasus gagal ginjal akut ini.
Dan berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah dalam menangani kasus gagal ginjal akut ini, sebanyak 30 vial antidotum sudah didatangkan ke Indonesia secara bertahap.
“20 vial tiba pada tanggal 10 Oktober dan 18 Oktober, digunakan untuk pengobatan bagi pasien di RSCM. Dan 10 vial antidotum akan datang lagi pada hari ini akan didistribusikan ke rumah sakit rujukan yang merawat pasien,” papar dr. Syahril.
Sementara 16 vial antidotum yang didatangkan dari Australia pada tanggal 22 Oktober 2022 telah didistribusikan kepada RS M. Jamil Padang, RS dr. Soetomo Surabaya, RS Adam Malik Medan dan RS Zainal Abidin Aceh.
Sehingga tercatat 30 vial antidotum dari Singapura dan 16 vial antidotum dari Australia telah kami distribusikan untuk mempercepat penanganan kasus gangguan ginjal akut ini.
“Insyallah dalam waktu dekat akan mendapatkan kesanggupan obat antidotum sebanyak 200 vial yang akan didatangkan dari Jepang merupakan donasi perusahaan Takeda akan datang minggu depan. Ini akan langsung distribusikan ke rumah sakit rumah sakit pemerintah, direncanakan juga tambahan 10 vial antidotum dari Singapura,” ujar dr. Syahril.
Mudah-mudahan pengadaan obat antidotum ini dapat mempercepat untuk pengobatan sebagai penawar dari pasien-pasien gagal ginjal.
Obat ini diberikan secara gratis atau tidak berbayar karena bagian dari tanggung jawab pemerintah untuk menanganani kasus gagal ginjal akut ini.(*)