Berita Bali
Budidaya Jangkrik Mulai Dilirik Warga Klungkung Bali, Waktu Panen Pendek dan Resiko Mati Rendah
Waktu panen pendek dan resiko mati rendah membuat warga di Dusun Lepang di Klungkung, Bali ini mulai tertarik untuk budidaya jangkrik.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Kartika Viktriani
Budidaya Jangkrik Mulai Dilirik Warga Klungkung Bali, Waktu Panen Pendek dan Resiko Mati Rendah
SEMARAPURA,TRIBUNBALI- Budidaya jangkrik mulai merambah di Dusun Lepang, Desa Takmung, Klungkung Bali.
Proses budidaya yang mudah dan modal yang tidak terlalu besar, menjadi alasan warga mulai menekuni budidaya jangkrik ini.
Seperti yang dilakukan seorang warga di Dusun Lepang, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, I Made Sari Arta.
Pria yang sehari-hari bertugas sebagai aparat kepolisian tersebut, mulai menekuni budidaya jangkrik sejak 2 tahun lalu.
"Saya menekuni budidaya jangkrik ini sekitar 2 tahun lalu, sejak pandemi Covid-19. Sembari mengisi waktu luang, sepulang tugas sebagai polisi," ujar Made Sari Arta saat ditemui di kediamannya, Selasa 1 November 2022.
Ide dari budidaya jangkrik ini, bermula dari kegemarannya memelihara burung.
Tingginya kebutuhan jangkrik untuk pakan burung, membuatnya tertarik untuk budidaya jangkrik.
Ia lalu mencari informasi dan belajar budidaya jangkrik dari facebook, dan internet.
Baca juga: Penampakan Pasar Tradisional Blahbatuh Gianyar Bali : Dulu Terbakar, Kini Akan Dijadikan Taman Kota
Termasuk bertanya dengan rekan-rekannya penghobi burung.
Sampai akhirnya ia memutuskan memulai budidaya jangkrik.
"Kebetulan ada tanah kosong di sekitar rumah. Saya awalnya mulai dengan budidaya jangkrik sebanyak 1 kotak (koloni). Terus berkembang sampai sekarang," ungkapnya sembari menabur kosentrat ke jangkrik yang ia budidaya.
Di tanah kosong di sisi utara rumahnya, saat ini Made Sari Arta telah memiliki 14 kotak (koloni) jangkrik.
Semuanya tertata rapi di lahan seluas sekitar 2 are.
Menurutnya budidaya jangkrik tidak terlampau sulit.
Ia awalnya hanya menyiapkan kotak sebagai kandang berukuran 4 X 2 meter.
Ia lalu membeli telur jangkrik dengan harga sekitar Rp250 ribu per kilogram.
"Dalam satu kotak itu, biasanya diisi setengah kilogram telur jangkrik," ungkapnya.
Baca juga: Mabes TNI Kirim 252 Unit Kendaraan Listrik Untuk G20 di Bali Buatan Korea Selatan dan AS
Telur itu pun menetas selama sekitar 5 hari.
Lalu proses penggemukan dimulai dengan pemberian air, pakan berupa kosentrat.
Memasuki usia 20 hari, lalu jangkrik yang dibudidaya diberi pakan dedaunan.
"Sebenarnya segala jenis daun mau dimakan, asalkan muda. Termasuk rerumputan juga bisa. Dalam sehari saya berikan dua kali pakan. Pertama, saat pagi hari sebelum saya berangkat bertugas sebagai polisi. Lalu setelah pulang dari bertugas," jelasnya.
Jangkrik sudah bisa dipanen saat memasuki usia 30 hari.
Dalam satu kotak (koloni), menghasilkan sekitar 45 sampai 50 kilogram jangkrik.
Per kilogram jangkrik itu dijual dengan harga Rp40 ribu.
Jangkrik yang dibudidaya Made Sari Artha tidak hanya dipasarkan di Klungkung, namun juga di Bangli, Karangasem dan Denpasar.
"Kadang ada yang datang langsung untuk membeli. Jangkrik ini kebutuhannya cukup tinggi, biasanya untuk pakan burung ataupun ikan," terangnya.
Baca juga: 100 Top Kreator Asia Pasifik Berkumpul di Bali Dalam Gelaran Indonesia Creator Week 2022
Seiring berjalannya waktu, warga yang budidaya jangkrik ini mulai berkembang di Dusun Lepang, Desa Takmung.
Warga mulai tertarik budidaya jangkrik, karena budidaya jangkrik tidak terlampau sulit.
Selain pakan yang mudah didapatkan, masa panen juga pendek yang hanya 30 hari.
Modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar, dan resiko kegagalan (mati) juga rendah.
"Sekarang sudah cukup banyak warga yang budidaya jangkrik di Dusun Lepang. Mereka sebagian besar masih kerabat-kerabat saya," jelas anggota kepolisian yang bertugas di Polres Klungkung ini. (*)