G20 di Bali
Tio Russ Akui Kesulitan Merelokasi Anjing di Sekitar Pura Geger, Jelang KTT G20, Ini Penyebabnya
Untuk mendukung relokasi anjing liar dan keberlangsungan perawatan anjing, masyarakat dapat turut serta membantu melalui donasi.
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Demi mengamankan jalannya acara internasional KTT G20, pemerintah mengeluarkan aturan untuk mengamankan lokasi dari anjing liar.
Aturan tersebut lantas direspon para pecinta anjing, dengan melakukan relokasi anjing liar di beberapa titik di lokasi G20.
Seperti yang dilakukan oleh Tio Rosi alias Tio Russ, yang telah melakukan relokasi sejak beberapa hari lalu.
Waktu kegiatan yang semakin mepet, membuat dirinya bekerja lebih keras untuk bisa mengamankan anjing-anjing liar.
Baca juga: Gubernur Bali Wayan Koster Ajak Manajer Hotel Hidangkan Produk Lokal Bali Ke Delegasi Presidensi G20
Baca juga: Road to G20, Kemenko Marves dan Stakeholder Gelar Bersih-Bersih Pantai

Ditemui pada Rabu, 2 November 2022, Tio Russ bersama timnya sedang melakukan relokasi di kawasan Pura Geger, Beno, Badung.
Kawasan Pura Geger sendiri merupakan bagian dari area pelaksanaan G20, yang diketahui memiliki populasi anjing liar terbanyak.
Hal ini lantas mendapat sorotan dari Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa.
“Seperti hari-hari sebelumnya, kami masih terus melakukan evakuasi anjing liar menjelang KTT G20 ini.
Sekarang ada di Pura Geger yang termasuk populasi anjing liar paling banyak dan sempat disorot oleh bapak Wakil Bupati Badung,” kata Tio Russ.
Ini bukan merupakan kali pertama pemilik Bali Rumah Singgah Satwa ini, mengevakuasi dan merelokasi anjing-anjing liar di Kawasan Pura Geger.

Sebelumnya mereka telah sempat melakukan evakuasi 20 ekor anjing liar di wilayah itu.
Lantas, kedatangan mereka kesenian kalinya ini memberikan tantangan dalam proses evakuasi dan relokasi.
Berdasarkan cerita warga yang berada di lokasi, sejak pagi sudah ada kelompok anjing baru yang datang ke kawasan Pantai Geger.
Ini seusai dengan sifat anjing yang sangat teritorial, sehingga ingin menguasai wilayah yang dianggap kosong.
Tantangan selanjutnya adalah anjing yang trauma pasca penangkapan beberapa kawanannya sehingga menyulitkan untuk didapat.
“Ada beberapa titik utama relokasi, dari ITDC, Geger, Kempenski, Uluwatu, dan GWK.
Kami berputar-putar setiap hari karena kalau sudah melihat anjing lain diangkut, anjing lain akan trauma sehingga perlu di jeda dan berpindah ke lokasi lain,” jelas Tio Russ.
Selain merelokasi, pecinta anjing ini juga akan mengedukasi warga yang memelihara anjing untuk mengamankan anjingnya sehingga tidak “terazia”.
Tio Russ mengaku pelaksanaan relokasi anjing liar, hanya mengandalkan dana pribadi miliknya dan donasi dari pengikutnya di akun media sosial.
Saat ditanya terkait sumber dana lain, Tio Russ berkata belum menerima donasi baik dari penyelenggara G20, pemerintah, ataupun pihak hotel.
Namun, hal itu tidak menjadikan Tio Russ berhenti menyelamatkan dan mengamankan anjing-anjing liar di Bali.

Ia berharap upayanya ini bisa mendapat dukungan dan kerjasama dari berbagai stakeholder terutama dari kepala lingkungan (kaling), yang berada di sekitar area G20 atau yang akan dikunjungi.
Kaling diharapkan dapat lebih gencar agar berperan lebih aktif, untuk mengedukasi warga agar relokasi lebih cepat selesai.
Kepada pemerintah ia berharap bisa meninjau kembali upayanya, dan memberikan dukungan maksimal.
Untuk mendukung relokasi anjing liar dan keberlangsungan perawatan anjing, masyarakat dapat turut serta membantu melalui donasi.
Donasi dapat diberikan ke Bank BCA dengan nomor rekening 4741002943 atas nama Yanti Rosmiati. (*)