Berita Jembrana

Bantuan Bencana Masih Berdatangan ke Jembrana, Tinggal 5 KK Bertahan di Posko Pengungsian

Banjir bandang di Jembrana, bantuan untuk korban bencana Jembrana masih terus mengalir

TB/Istimewa
FKD Kompas Gramedia Bali saat menyalurkan bantuan kemanusiaan di Posko Pengunsian Balai Tempek Kerta Sari Lingkungan Bilukpoh Kangkn, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, akhir pekan lalu - Bantuan Bencana Masih Berdatangan ke Jembrana, Tinggal 5 KK Bertahan di Posko Pengungsian 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Lima kepala keluarga (KK) masih bertahan di posko pengungsian Balai Tempek Kerta Sari, Minggu 6 November 2022.

Mereka adalah warga yang rumahnya terdampak banjir bandang yang terjadi bulan ini.

Untuk kebutuhan makanan, warga Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini memasak di dapur umum yang sudah disediakan.

Sementara itu, bantuan untuk korban bencana Jembrana masih terus mengalir.

"Sekarang tersisa lima kepala keluarga saja. Mereka sebagian besar rumahnya belum bersih dan belum bisa ditempati," kata Kepala Lingkungan Bilukpoh Kangin, I Komang Suabawa saat dikonfirmasi Tribun Bali.

Baca juga: Jembatan Darurat di Jembrana, Disiapkan Anggaran Rp1,2 Miliar, Target Sebelum 31 Desember 2022

Para pengungsi ini menggunakan alat masak dan kebutuhan pokok yang sudah disalurkan.

Mereka memasak secara mandiri di dapur umum.

Sedangkan para relawan sudah tidak aktif lagi sejak akhir bulan lalu seiring kondisi yang kian membaik.

"Warga yang di posko masak sendiri sehari-harinya. Untuk relawan sudah tidak ada sejak 30 Oktober itu," demikian kata Komang Suabawa.

Meski keadaan berangsur membaik, namun bantuan masih terus mengalir dari berbagai pihak ke lokasi pengungsian.

Terkait hal ini, Suabawa merasa bersyukur karena banyak pihak membantu warganya yang terdampak bencana.

Kata dia, bantuan tersebut disalurkan kepada seluruh korban bencana alam untuk yang masih bertahan di posko pengungsian ataupun mereka yang sudah memilih pindah ke lokasi lain seperti rumah keluarga dan yang ngekos.

"Bantuan terus datang. Kemudian bantuan juga secara rutin diberikan kepada yang tidak ada di posko tapi sebelumnya terdampak," tandasnya.

Sebelumnya, puluhan warga Jembrana korban bencana datang ke wantilan Pura Jagatnatha, Jembrana.

Mereka datang mendengarkan sosialisasi terkait relokasi rumah yang kena bencana alam.

Masing-masing KK akan mendapat lahan 1,5 are dan sertifikat tanah di tempat baru.

Relokasi akan diprioritaskan untuk rumah warga yang mengalami rusak berat atau hanyut saat banjir bandang.

Sementara ini ada 39 KK yang akan direlokasi dan 70 KK mendapat bantuan perbaikan rumah.

Ada dua strategi yang disiapkan untuk penanganan bencana alam di Jembrana.

Pertama, mengusulkan anggaran pembangunan rumah kepada Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR.

Kedua menyediakan tanah aset Pemprov Bali untuk lokasi relokasi warga serta pemberian stimulan kepada warga terdampak sesuai Pergub 32 Tahun 2021 tentang bantuan sosial yang tidak direncanakan.

Bupati Jembrana, I Nengah Tamba berencana mengajak masyarakat untuk melihat langsung tiga lokasi yang akan menjadi tempat relokasi.

"Semoga mereka (warga) mau bergabung di satu titik," harapnya.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, I Made Rentin mengaku sudah menyusun rencana untuk relokasi warga terdampak bencana alam di Jembrana.

Relokasi ditujukan korban banjir bandang Daerah Aliran Sungai (DAS) Bilukpoh, Desa Penyaringan dan Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo.

Jumlah bantuan yang diberikan kepada warga relokasi dan stimulan yakni Rp 35 juta per KK.

Untuk relokasi, anggaran pembangunan dilakukan secara sharing dari Pemerintah Pusat dan daerah.

"Nanti masyarakat yang menentukan titik mana yang dipilih. Pembiayaannya nanti bisa dengan sistem sharing," jelasnya.

Rentin melanjutkan, biaya stimulan diberikan untuk korban meninggal dunia Rp 15 juta.

Kemudian perbaikan fasilitas umum per titik kerusakan maksimal Rp 100 juta, dan perbaikan rumah senilai Rp 35 juta.

"Kami sudah sepakat dengan Kabupaten dan Kota seluruh Bali, bahwa maksimal kelengkapan administrasi 30 November 2022. Sehingga pencairannya tidak melewati anggaran tahun ini," tandasnya.

Meski demikian, sejumlah warga masih enggan pindah rumah.

Ada yang mau bertahan dengan membangun rumah berfondasi lebih tinggi.

Pertimbangan lainnya biaya pembuatan merajan serta biaya upacaranya kalau direlokasi.

Masih ada beberapa pertimbangan lainnya yang membuat warga pikir-pikir pindah rumah.

Tetap Ada Dapur Umum

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana, I Made Sapta Budiarta mengatakan para korban bencana alam sudah mulai beraktivitas normal meski masih ada warga yang masih tinggal di posko pengungsian.

Sebelumnya ada 10 dapur umum yang dioperasikan untuk membantu korban bencana.

Kini sebagian besar dapur umum sudah tidak beroperasi.

Awalnya dapur tersebut dipakai relawan memasak untuk korban bencana.

Kini para pengungsi masak sendiri di dapur umum tersebut.

"Sebagian besar sudah kembali ke rumahnya masing-masing maupun rumah kerabatnya. Dapur umumnya tetap ada, hanya warga yang mengungsi menggunakan. Bukan petugas dan relawan yang memasak untuk pengungsi," tandasnya. (*).

Kumpulan Artikel Jembrana

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved