G20 di Bali

Ratusan Pecalang Dilibatkan Dalam Pengamanan Selama KTT G20 di Bali, Ini Perannya

Pengamanan selama kegiatan KTT G20, di Nusa Dua dan Denpasar, Bali, melibatkan ratusan orang pecalang dari beberapa desa.

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Ratusan Pecalang Dilibatkan Dalam Pengamanan Selama KTT G20 di Bali, Ini Perannya 

Ketika bertugas mereka mengenakan baju seragam adat dengan identitas warna tridatu (merah-putih-hitam) atau poleng (putih-hitam).

Mudra yang berusia 67 tahun ini bergabung sebagai pecalang sekitar 20 tahun.

Ia mengabdi menjadi pengurus 10 tahun di Kota Denpasar dan selama 10 tahun terakhir ini di Bali.

 

Keberadaan pecalang ini membantu polisi lalu lintas jika kegiatan keagamaan dan adat harus menggunakan sebagian ruas jalan.

 

Karena merekalah yang siap mengkomunikasikan dengan dengan warga sekitar serta pengguna jalan saat melewati jalan yang ditutup.

 

Polisi adat ini ada di tahun 1970-an.

 

Saat itu, mereka hanya bertugas ketika ada kegiatan upacara adat atau keagamaan saja.

 

Seiring waktu dan adanya perkembangan desa pakraman atau desa adat, pecalang pun dikelola dengan tugasnya situasional pengamanan lingkungan masing-masing serta membantu polisi/TNI.

 

Dan, mereka ini petugas yang tidak mendapat bayaran atau di Bali, disebut sebagai kegiatan ngayah (sukarela), tetapi terkoordinir dari desa adat.

 

Kepala Pelaksana BPBD Bali, I Made Rentin mengatakan pecalang ini memang dilibatkan karena sangat membantu pengamanan.

 

Mereka tetap berkoordinasi dengan polisi/TNI, dan juga membantu memitigasi kebencanaan.

 

Pecalang juga mendapatkan tugas menjaga jika terdapat demo-demo selama pelaksanaan KTT G20.(*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved