Berita Tabanan
Tujuh Mata Air Masih Sempat Bermasalah, Perumda Tabanan Was-was Curah Hujan Tinggi
Itu pun kemudian membuat jaringan pipa transmisi Perumda Tirta Amertha Buana (TAB), bermasalah.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Sejak Oktober 2022 lalu, curah hujan di Kabupaten Tabanan, tinggi.
Intensitas hujan deras, bahkan kerap menimbulkan bencana alam.
Baik tanah longsor atau bencana banjir dan lain sebagainya.
Itu pun kemudian membuat jaringan pipa transmisi Perumda Tirta Amertha Buana (TAB), bermasalah.
Bahkan, tercatat ada tujuh sumber mata air yang bermasalah.
Meski sudah dilakukan perbaikan, namun masih tetap rawan terjadi gangguan layanan.
Khususnya di mata air Dedari, Kecamatan Marga.
Baca juga: Pelanggan PDAM Dari Tiga Desa di Kintamani Masih Minim, Diduga Ragu & Saling Tunggu
Baca juga: PDAM Badung Angkat Bicara Terkait Banyak Keluhan, dan Tutup Pelayanan di Kantor Pusat Demi HUT

“Tercatat ada tujuh. Kami sudah upayakan pembenahan dan penyempurnaan jaringan baik pipa transmisi dan pompa di tujuh mata air terdampak bencana pada 17 Oktober 2022,” ucap Kabag langganan, Made Sudiana, didampingi Kasubag Humas Perumda TAB Tabanan Wayan Agus Suanjaya, Rabu 9 November 2022.
Ia menjelaskan, bahwa upaya itu sudah dilakukan selama sebulan terakhir ini.
Dan sudah bisa kembali normal.
Hanya saja, curah hujan tinggi yang masih sering terjadi belakangan ini juga dikhawatirkan masih bisa mengganggu pelayanan distribusi air bersih pada pelanggan.
Apalagi, sumber mata air Perumda Tabanan mayoritas berada di pinggir sungai.
Di mana, intensitas air di pinggiran sungai cukup besar dan bisa mengganggu pelayanan.
“Seperti halnya air keruh dan longsor, itu tentu menjadi kewaspadaan kami dari intensitas hujan yang tinggi belakangan ini,” imbuh Wayan Agus Suanjaya.

Agus Suanjaya melanjutkan, bahwa dari kejadian Oktober lalu, selain pembenahan.
Pihaknya kini, rutin melakukan pengecekan di sumber mata air.
Meliputi pengecekan, pipa transmisi, pompa, dan pengecekan lainnya.
Hal itu supaya dapat meminimalisir terjadinya gangguan.
Bahkan, pengecekan dilakukan berkesinambungan setiap hari baik sebelum, saat dan sesudah hujan.
“Maka kami juga imbau untuk pelanggan bisa melakukan penampungan air secukupnya.
Karena intensitas hujan itu harus menjadi kewaspadaan bersama,” jelasnya.
Ia mengebut, khusus untuk mata air Dedari yang berlokasi di Marga, yang sudah diperbaiki memang cukup atau masih rawan terjadi gangguan.
Sebab, paling tidak ketika terganggu akan ada 7.000 pelanggan yang terdampak.
Oleh karena itu, di mata air Dedari dilakukan peninggian pipa transmisi dari sebelumnya.
Dan saat ini, masih dalam tahap penyempurnaan, meskipun sudah tersambung.
“Kendala dari bencana Oktober itu, pelanggan di dataran tinggi.
Mereka dapat air hanya saja saat jam puncak dan debitnya kecil.
Karena memang masih terus berbenah menyempurnakan jaringan yang kemarin sempat tergerus banjir,” paparnya. (*)