Sampah di Bangli

Sampah Menumpuk di Kota Bangli, Membuat Kesan Kumuh, Dewan: Tata Kelola Sampah Tak Jelas

Ketua DPRD Bangli, I Ketut Suastika mengatakan, masyarakat menginginkan adanya proses manajemen di bidang penanganan sampah.

Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Menumpuk - Kondisi tumpukan sampah di depan kantor Perumda Tirta Danu Arta (PDAM) Bangli. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Wilayah Kota Bangli terlihat kumuh karena tumpukan sampah.

Sampah itu menumpuk di pinggir jalan utama atau jalur Brigjen I Gusti Ngurah Rai.

Dewan menilai pengelolaan sampah di wilayah kota tidak jelas.

Tumpukan sampah sudah ada sejak Sabtu dua hari lalu.

Baca juga: Olah Koran Bekas Jadi Kerajinan, Kelurahan Dangin Puri Denpasar Gelar Pelatihan Daur Ulang Sampah

Sampah yang biasanya sudah diangkut pada dini hari namun hingga kemarin pukul 11.00 Wita, masih berserakan di pinggir jalan.

Ketua DPRD Bangli, I Ketut Suastika mengatakan, masyarakat menginginkan adanya proses manajemen di bidang penanganan sampah.

Namun sampai saat ini proses tersebut dinilai masih jauh dari harapan.

"Kalau di kota ini yang belum jelas titik masyarakat buang sampah. Kadang-kadang di depan Perumda Tirta Danu Arta (PDAM) Bangli, itu luar biasa sampah ditaruh oleh masyarakat. Karena tidak ada kejelasan dimana titik-titik harus membuang sampah," ucapnya, Minggu 13 November 2022.

Demikian dengan imbauan cukup meletakkan sampah di depan rumah.

Kata Suastika harus disediakan tempat sampah yang representatif.

Tidak bisa hanya berupa kantong plastik yang justru membuat lingkungan terkesan kumuh.

"Terus terang kalau soal sampah yang ditaruh di depan rumah, saya kurang setuju. Harusnya ada titik-titik yang mudah dijangkau masyarakat untuk tempat mengumpulkan sampah dan juga pengangkutan sampah harus cepat. Misalnya sehari sekali, sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar. Harus ada pemilahan sampah organik dan anorganik," paparnya.

Alasan Instansi

Politikus asal Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku ini menyinggung alasan dinas sulitnya mendapatkan BBM jenis solar, hingga kerusakan alat berat yang dinilainya aneh.

Kata Suastika, dua hal tersebut bisa diusulkan melalui rencana kerja (renja) agar masuk ke rancangan APBD.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved