G20 di Bali

Rekayasa Cuaca di Lokasi Dinner KTT G20, Johnny: Ada Penaburan Garam, Tapi Tergantung Arah Angin

Dijelaskan Platte, di samping dukungan doa dari para tokoh agama, pemerintah sendiri juga mengambil langkah-langkah sesuai ilmu dan teknologi, yaitu

Penulis: Sunarko | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Istimewa
Aktivitas pengunjung terlihat di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada Jumat (11/11/2022). Jamuan makan malam para pemimpin G20 akan diadakan di pelataran Lotus Pond GWK (Garuda Wisnu Kencana) Jimbaran pada Selasa malam 15 November 2022. 

TRIBUN-BALI.COM, NUSA DUA - Agar acara jamuan makan malam atau Welcome Dinner untuk para pemimpin G20 yang digelar di luar ruang (outdoor) berjalan lancar, pemerintah melakukan antisipasi melalui rekayasa cuaca secara keilmuan dan teknologi guna mencegah terjadinya hujan.

Jamuan makan malam akan diadakan di pelataran Lotus Pond GWK (Garuda Wisnu Kencana) Jimbaran pada Selasa malam 15 November 2022.

“Pak Gubernur Bali bilang bahwa para tokoh agama berdoa dengan caranya masing-masing agar acara berjalan lancar, tidak hujan. Ada ramalan cuaca bahwa ada potensi hujan,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Platte ketika dicegat wartawan di Media Centre KTT G20 di The Westin Resort, Nusa Dua, Selasa 15 November 2022.

Dijelaskan Platte, di samping dukungan doa dari para tokoh agama, pemerintah sendiri juga mengambil langkah-langkah sesuai ilmu dan teknologi, yaitu dengan cara penaburan garam (NaCl) ke potensi-potensi awan.

Awan-awan dimonitor oleh radar-radar cuaca. Radar-radar ini, kata Platte, sejauh ini berfungsi dengan baik karena spektrum frekuensinya terjaga dengan baik oleh pihak Kominfo.

“Jadi ini kerja kolaborasi untuk kelancaran dan kesuksesan acara. Caranya dengan menabur NaCl atau garam. Jadi nanti tergantung arah angin, dan supaya nanti hujan bisa dijatuhkan di tempat lain, misalnya di laut, melalui ilmu dan teknologi. Bukan di tempat acara. Kalau angin terpantau jauh, ya gak perlu ditaburi NaCl, tetapi jika dekat dengan tempat acara ya ditaburkan. Penaburan itu dilakukan ke potensi awan,” jelas Platte.

Baca juga: Kepatuhan Pengguna Jalan terhadap Pemberlakuan Ganjil Genap Saat KTT G20 di Bali Capai 88 Persen

Kesiapan Lotus Pond

Sementara itu, Pelataran Lotus Pond di kompleks Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Jimbaran, Bali, siap menjadi tempat berlangsungnya jamuan makan malam para pemimpin negara G20 yang mengadakan KTT di Nusa Dua, Bali, pada 15-16 November 2022.

Lotus Pond merupakan tengara (landmark) terbesar di GWK yang dikenal sebagai alun-alun utama. Area outdoor tersebut dapat menampung hingga 7.500 orang.

Pelataran yang luas membentang itu terlihat sangat megah dengan tebing kapur yang berjejer di kanan kirinya. Pemandangan di titik itu semakin menawan dengan kehadiran patung Garuda di salah satu ujung deret tebing kapur.

Taman Budaya GWK atau GWK Cultural Park merupakan salah satu destinasi favorit Pulau Dewata.

Presiden Joko Widodo dan kepala delegasi akan menghadiri jamuan makan malam di area Lotus Pond sebagai bagian dari rangkaian dari kegiatan KTT G20.

Direktur Operasional GWK Stefanus Yonathan Astayasa menyatakan pihaknya telah siap 100 persen menerima kunjungan tersebut.

“Kami mulai melakukan perbaikan venue-venue dan akses. Prioritas kami adalah akses. Sebab, akses untuk G20 harus bisa bebas antrean. Kami menyiapkan kelayakan, keindahan, kerapian untuk menjadikan welcoming dinner ini sempurna,” katanya seperti dikutip Tribun Bali dari Tim Media dan Komunikasi G20 akhir pekan lalu.

Ia menambahkan pengerjaan akses yang akan dilalui para kepala negara anggota G20, telah dilakukan sejak Juni lalu. Jadi, pihaknya membuat beberapa akses dan itu membutuhkan waktu, imbuh Stefanus.

Selain GWK sebenarnya ada beberapa destinasi lain yang diajukan kepada Jokowi sebelum akhirnya pilihan dijatuhkan pada taman budaya ini karena keunikan dan karakter yang kuat dari kawasan wisata ini.

Baca juga: Cokelat Khas Jembrana Jadi Souvenir KTT G20, Harap Jadi Motivasi UMKM dan Petani Cokelat

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana dirancang Nyoman Nuarta sejak 1980-an.

Dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai akhirnya ide GWK diterima masyarakat awalnya dianggap hanya menghamburkan uang belaka.

Proyek ini baru bisa dimulai pada 1997. Pada 22 September 2018, taman budaya seluas 60 hektar itu diresmikan Presiden Joko Widodo.

Keistimewaan salah destinasi favorit di Bali ini terletak pada patung Garuda Wisnu Kencana yang menjulang kokoh setinggi lebih dari 120 meter.

Patung itu menjadi ikon peradaban yang tak lekang usia.

Patung berbahan logam tembaga, baja, dan kuningan itu menggambarkan Dewa Hindu Wisnu yang berada di atas tunggangannya, burung Garuda.

Pada bagian bahu Dewa Wisnu, terdapat hiasan yang terbuat dari ribuan potongan kaca mosaik emas.

Hiasan yang disebut ‘badong’ itu juga direkatkan pada bagian mahkota dan dada patung itu.

“Sebagai ikon yang dibanggakan Bali dan Indonesia, kami bahagia bisa terpilih karena banyak delegasi yang ingin tahu sebenarnya seperti apa destinasi ini,” kata Stefanus. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved