G20 di Bali
Cokelat Khas Jembrana Jadi Souvenir KTT G20, Harap Jadi Motivasi UMKM dan Petani Cokelat
Cokelat Khas Jembrana Jadi Souvenir KTT G20, Harap Jadi Motivasi UMKM dan Petani Cokelat, 1.500 Kemasan Olahan Cokelat Diproduksi Petani Lokal
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Fenty Lilian Ariani
NEGARA, TRIBUN-BALI.COM - Kelompok Tani Sari Bumi Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan, Jembrana mendapat pesanan 1.500 kemasan produk olahan cokelat khas Jembrana. Tentunya ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat, khususnya petani cokelat. Sebab, pesanan tersebut datang kementerian sebagai souvenir pelaksanaan KTT G20 di Nusa Dua, Badung.
Meskipun jumlah pesanan tak begitu banyak, ini akan menjadi motivasi tersendiri bagi petani cokelat. Setelah cokelat khas Jembrana ini menjadi sovenir G20, diharapkan pesanan datang lebih banyak lagi untuk pariwisata Bali dan masuk hotel bintang lima di Bali.
Ketua Kelompok produksi cokelat dengan nama Cho Jaensan Chocolate, I Putu Mawa menuturkan, sebelum mendapat pesanan dari kementerian, pihaknya sudah mengikuti pameran terlebih dulu. Tak berselang lama, ternyata mendapat pesanan sebanyak 1.500 kemasan sebagai souvenir pelaksnaan KTT G20 di Bali.
"Kami dihubungi dari Kementerian Koperasi yg untuk pesan produk cokelat ini. Awalnya memang mengikuti pameran sebelumnya," kata Putu Mawa saat dikonfirmasi, Selasa 15 November 2022.
Mawa menyebutkan, seluruh produk yang menjadi souvenir event internasional ini digarap langsung oleh petani lokal atau anggota Kelompok Tani Sari Bumi dengan nama produk Cho Jaensan Chocolate khas Jembrana. Total ada 1.500 kemasan cokelat berbagai jenis olahan.
"Dipajang dan dijadikan Souvenir G20. Kita dipilih karena olahannya bagus," ungkapnya.
Dia berharap, masuknya cokelat khas Jembrana menjadi souvenir KTT G20 akan mampu mendorong nama hasil bumi gumi makepung ini. Selain itu, pesanan juga diharapkan datang dari berbagai pihak nantinya.
"Kami harap pesanan bisa lebih banyak lagi terutama untuk pariwisata Bali dan masuk hotel bintang lima di Bali. Minimal jadi welcome cokelatlah agar kita UMKM dan petani cokelat bisa terbantu dan terus semangat," harapnya.
Disingung mengenai produksi olahan cokelat selama ini, Putu Mawa menyebutkan ada 10-12 ton cokelat yang diolah setiap tahunnya. Produksi dari petani cokelat Desa Gumbrih ini mengahasilkan berbagai jenis olahan mulai butter, pasta, hingga cokelat bar. Anggota yang berjumlah 17 orang ini mengelola hasil kebum cokelat seluas 30 hektare.
"Dari bahan baku dan produksi adalah lokalan semua. Kami harap ini jadi motivasi daerah lain," tandasnya.(*)