Piala Dunia 2022
FIFA Meminta Agar Para Suporter Yang Datang ke Qatar Bisa Menghormati Budaya Mereka
Hal itu disampaikan FIFA, bahwa para suporter yang hadir ke negara tersebut seharusnya bisa menghargai budaya orang Qatar.
TRIBUN-BALI.COM, QATAR – Piala Dunia 2022, pihak penyelenggara Piala Dunia Qatar merasa senang ketika ada larangan minuman beralkohol berada disana.
Hal itu disampaikan FIFA, bahwa para suporter yang hadir ke negara tersebut seharusnya bisa menghargai budaya orang Qatar.
Setiap digelarnya Piala Dunia, FIFA meminta agar semua pihak khususnya para suporter bisa menghargai budaya ataupun hal lainnya yang ada di negara penyelenggara.
Baca juga: Hasil Pertandingan Piala Dunia 2022 Qatar Grup F, Maroko vs Kroasia, Berakhir Dengan Skor Kacamata
Dikutip dari Al Jazeera, Abdulla Murad Ali, penduduk Qatar, berkata bahwa para suporter mesti menghargai budaya orang Qatar.
Bagi Abdulla dan beberapa suporter, utamanya penduduk Qatar yang lain, keputusan FIFA begitu melegakan.
Alkohol memang dilarang di tempat turnamen, tetapi masih akan tersedia di hotel, bar, dan Zona Penggemar FIFA resmi.
“Qatar adalah negara Islam, dan alkohol adalah ‘haram’ (dilarang) dalam agama kami.”
“Yang kami minta hanyalah agar dunia menunjukkan ‘ehtaram’ (rasa hormat) untuk budaya kami ,” kata Abdulla kepada Al Jazeera pada, Senin 21 November 2022 sehari setelah pertandingan pembukaan turnamen.
Baca juga: Timnas Arab Saudi Ciptakan Sejarah Kala Melawan Timnas Argentina di Piala Dunia 2022
Salah seorang wanita Yordania bernama Sonia Nemmas pun meminta aturan yang telah ditetapkan itu dihormati semua pihak.
“Ketika kami pergi ke negara lain, kami tidak bertanya mengapa kami diminta untuk mengikuti aturan mereka atau menghormati budaya mereka.”
“Kami hanya melakukannya.”
Baca juga: Link Live Streaming Piala Dunia 2022 Qatar Jerman vs Jepang, Prediksi Line up Hingga Skor
Nemmas merujuk pada kekerasan berbahan bakar alkohol yang pecah di Stadion Wembley selama final kejuaraan Euro 2020 di Inggris tahun lalu.
Itu bukan sesuatu yang ingin ia lihat di Qatar.
Kemudian, Ahmed Muhammad, seorang guru sekolah di Doha dari Inggris, mengatakan tidak adil mengeneralisasi semua penggemar Inggris.
“Penggemar Inggris umumnya terbukti hooligan tapi itu hanya minoritas kecil,” katanya.