Berita Buleleng
Setelah Pecaruan, Desa Adat Banyuning Singaraja Gelar Nyepi Desa, Kantor hingga Sekolah Tutup
Sepintas situasi jalan di Desa Adat Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng pada Kamis (24/11) siang tampak tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasa.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Sepintas situasi jalan di Desa Adat Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng pada Kamis (24/11) siang tampak tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasa.
Sejumlah kendaraan lalu lalang. Namun uniknya, seluruh toko, warung, sekolah hingga perkantoran nampak tutup. Ini lantaran desa adat setempat tengah melaksanakan Nyepi Desa.
Kelian Adat Banyuning, Wayan Suweta mengatakan, meski sedang melaksanakan Nyepi Desa, ruas jalan di Desa Adat Banyuning memang tetap dibuka.
Sebab nyepi ini hanya wajib diikuti oleh krama desa adat setempat.
Baca juga: Diduga Rebutan Pacar, Dua Remaja Putri di Buleleng Berkelahi di Tengah Jalan
Sementara penduduk pendatang (tamiu) diizinkan untuk beraktivitas seperti biasanya.
Namun khusus untuk para pedagang, perkantoran hingga sekolah yang ada di wilayah Banyuning wajib tutup selama satu hari penuh.
"Banyuning ini banyak perumahan yang dihuni krama pendatang. Jadi krama pendatang yang bekerja di luar Banyuning atau sekolah di luar Banyuning tetap diizinkan. "
"Sementara khusus untuk krama Desa Adat Banyuning wajib mengikuti tapa brata penyepian," jelasnya.
Dijelaskam Suweta, Nyepi Desa dilaksanakan rutin setahun sekali. Nyepi dilaksanakan setelah krama menjalankan pecaruan pada Rabu (23/11) bertepatan dengan Tilem Sasih Kelima.
Baca juga: Dinkes Buleleng Usul Bantuan Anggaran ke Pusat Untuk Tingkatkan Akreditasi Dua Rumah Sakit ke Tipe C
Pecaruan menggunakam sarana gewan seperti kambing, anjing, sapi dan angsa.
Pecaruan yang dilaksanakan di depan Pura Desa Banyuning itu bertujuan untuk memohon penyucian bhuana agung dan bhuana alit, agar tapa brata penyepian berjalan lancar.
Nyepi Desa ini terang Suwera sudah dijalankan secara turun temurun, dan menjadi dresta krama Banyuning.
Nyepi dilaksanakan serangkaian dengan acara Ngusabha Desa yang puncaknya dilaksanakan pada Purnama Sasih Kenem mendatang. "Sebelum puncak Ngusabha, kami menjalankan Nyepi Desa.
Tujuannya untuk menyucikan bhuwana agung atau palemahan Desa Adat Banyuning. Begitu juga Bhuwana Alit atau krama Desa Adat Banyuning harus disucikan menjelang Ngusabha Desa," tandasnya. (*)
Berita lainnya di Berita Buleleng