Berita Bangli
Tampik Melecehkan Tari Rejang, Bendesa Pinggan Kintamani Bangli Sebut Hanya Sebatas Hiburan
Misalnya tari rejang, jangan digunakan untuk menyambut tamu karena itu tari yang memang disakralkan, dan digunakan untuk menyambut sesuhunan di pura.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Viral video tari rejang yang ditarikan oleh laki-laki, menggemparkan sosial media.
Video tersebut diduga diambil di Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Bendesa Pinggan, I Made Seden, saat dikonfirmasi mengenai video tersebut membenarkan jika video itu diambil di Desa Pinggan.
Ia menjelaskan, video tari rejang pria tersebut diambil pada acara Pujawali di Pura Dalem Balingkang, pada awal bulan November 2022.
Baca juga: Keberadaan Etnis Tionghoa Kerajaan Bali Kuno Dikaitkan Mitos Pura Dalem Balingkang Kintamani Bangli
Baca juga: Tandur Taru Urip Dimulai dari Desa Pinggan Kintamani

"Lokasinya di Wantilan Dalem Balingkang, yang berada di jaba sisi.
Hanya saja ketika dipentaskan saya tidak mengetahui, karena kebetulan saya ada acara di jeroan," jelasnya Minggu (27/11/2022).
Made Seden mengatakan, tujuan dilaksanakannya tari rejang tersebut hanya sekadar hiburan saat acara Pujawali di Pura Dalem Balingkang.
Untuk membuat warga sekitar tertawa.
Penggagasnya merupakan warga sekitar, yang kebetulan juga seniman.
Oleh sebab itu dipilih delapan laki-laki yang seluruhnya memiliki tubuh gemuk.

Pihaknya juga menegaskan, tidak ada niatan melecehkan tari rejang yang merupakan tarian sakral.
"Ndak ada istilah melecehkan.
Ini hanya sebatas hiburan.
Masa tari sakral dilecehkan, ya tidak mungkin toh," tegasnya.
Lebih lanjut diungkapkan, hingga kini belum ada pihak dari Polda Bali yang mendatangi Desa Pinggan.
Sementara itu Kepala Disparbud Bangli, I Wayan Sugiarta, saat dikonfirmasi terpisah mengatakan pihaknya bersama kepolisian dan Majelis Desa Adat (MDA) Bangli, akan menelusuri di mana lokasi video tersebut diambil.

"Rencananya besok akan ditelusuri.
Informasinya ada di Desa Pinggan.
Selanjutnya kami akan minta keterangan dari pak bendesa, apa tujuan penampilan itu (tari rejang), dan sebagainya," kata dia.
Sugiarta mengatakan, tari rejang sakral harus dipertunjukkan untuk ida sesuhunan, tidak boleh dipertunjukkan sembarangan.
Mulai dari tempat pelaksanaannya, hingga penarinya yang ditarikan oleh wanita.
"Sesuai arahan dari pak gubernur, kita harus menjaga tari-tarian sakral.
Misalnya tari rejang, jangan digunakan untuk menyambut tamu karena itu tari yang memang disakralkan, dan digunakan untuk menyambut sesuhunan di pura - pura setempat.
Sehingga pelaksanannya pun harus sesuai pakem," tegasnya.
Mantan Kadis Perpustakaan dan Arsip Daerah ini, menambahkan adapun jika dimaksudkan untuk hiburan, maka bisa dipilih tari-tari lainnya.
Seperti drama gong, tari prembon, dan sebagainya.
"Maka dari itu besok kami akan memastikan dulu, untuk selanjutnya kami edukasi mana-mana saja tari yang boleh dipentaskan jika itu konteksnya merupakan hiburan," tandasnya. (*)