Berita Jembrana

Krematorium Bahagia Jembrana Diresmikan, Bisa Layani 8 Prosesi Kremasi

Krematorium Bahagia, tempat alternatif untuk upacara Pitra Yadnya yang telah diresmikan Bupati Jembrana, I Nengah Tamba.

Tribun Bali/ I Made Prasetia
Suasana di ruang kremasi saat uji coba oven (tempat pembakaran jenazah) di Krematorium Bahagia, Desa/Kecamatan Pekutatan, Jembrana, Rabu 14 Desember 2022 - Krematorium Bahagia Jembrana Diresmikan, Bisa Layani 8 Prosesi Kremasi 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Sejumlah bangunan batu nan megah tampak berdiri di dekat pantai Pekutatan, Jembrana, Bali, Rabu 14 Desember 2022.

Itu adalah Krematorium Bahagia yang berlokasi di Banjar Dangin Pangkung, Desa Adat Pekutatan.

Tempat alternatif untuk upacara Pitra Yadnya ini telah diresmikan Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, kemarin.

Hanya saja, soal operasional dan siapa pengelola aset yang menelan anggaran Rp 8,7 miliar ini belum dipastikan.

Baca juga: MDA Jembrana Minta Pemerintah Segera Bentuk Pengelola Krematorium, Tapi Adat Bali Tetap Terjaga!

Menurut Desa Adat Pekutatan, sejumlah bangunan yang berdiri di Krematorium Bahagia ini di antaranya Bale Sumangen, kemudian Bale Pengaskaran, dan ruang kremasi.

Bangunan untuk ngereka serta tempat memandikan layon (jenazah).

"Ini dibangun dengan dana BKK Provinsi Bali. Krematorium ini sangat megah dan indah. Kami harap pelayanannya juga selaras dengan tempatnya. Harus terbaik," kata Bupati I Nengah Tamba didampingi Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna seusai meresmikan Krematorium Bahagia, Rabu.

Menurut Tamba, krematorium ini nanti akan bisa dipergunakan seluruh umat.

Kemudian, pada 2026 yang dicanangkan sebagai tahun Jembrana Emas, krematorium menjadi tematik pariwisata.

"Nanti di 2026 setelah pariwisata hidup di Jembrana, ini bisa dimanfaatkan. Tapi jika untuk krama, gratis," pesannya.

Pihaknya mengaku, setelah diresmikan akan langsung membahas soal pendampingan operasional tempat upacara Pitra Yadnya ini.

Begitu juga, Bupati belum berani berkomentar banyak soal pengelolaan karena masih akan dibahas.

"Semua elemen kita ajak pembahasan. Pengelolaannya nanti, jangan bicara sekarang. Belum ketemu, itu masih PR kita," tandasnya.

Bendesa Adat Pekutatan, Made Ariyasa menjelaskan, ada sejumlah bangunan yang telah dibangun di Desa Pekutatan ini.

Seluruh bangunan telah lengkap, mulai dari tempat memandikan layon, bale sumangen, kemudiaan Bale Pengaskaran, dan ruang kremasi.

Setelah itu, juga ada tempat untuk prosesi Ngereka dan nganyut ke segara (Pantai).

Setelah masuk ke prosesi pengabenan, juga telah disedikan bale untuk prosesi mamukur di Madya Mandala.

"Tempat ini tidak hanya digunakan oleh umat Hindu saja. Namun, semua umat bisa mememanfaatkan krematorium ini di saat ada kedukaan atau kematian," jelasnya.

Disinggung mengenai prosesi kremasi yang bisa dilakukan dalam sehari, Bendesa Adat menyebutkan, untuk kapasitas pembakaran memang ada dua oven.

Namun, jika bisa mengelola waktu, dalam sehari bisa melakukan upacara untuk 8 layon.

"Sehari dari pagi hingga sore mungkin bisa 8 layon. Tapi untuk tempat pembakaran atau oven-nya hanya ada dua saja," sebutnya.

Untuk pengelolaan, kata dia, nantinya akan ada di bawah naungan BUPDA.

Nantinya akan dikelola lewat Bupda yang bersinergi dengan Pemkab.

Sebab, ada beberapa fasilitas yang belum dipenuhi, seperti ambulans dan tempat penitipan jenazah.

"Fasilitas masih kita akan kerjasamakan dengan pemerintah kabupaten. Kami harap dalam waktu dekat bisa segera dipenuhi," harapnya.

Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Jembrana, I Nengah Subagia menekankan agar pelaksanaan di Krematorium Bahagia agar dikelola dengan baik.

Pemerintah diharapkan hadir untuk merumuskan siapa pengelolanya nanti.

Di sisi lain, keberadaan tempat kremasi di Gumi Makepung ini diharapkan tidak menghilangkan roh dari adat dan budaya Bali.

"Agar tidak menghilangkan roh adat dan budaya di Bali sendiri. Hemat kami di MDA, bagaimana pemerintah agar menegaskan program pemanfaatan atau pengelolaannya. Mungkin desa adat bersangkutan," kata Nengah Subagia, Rabu.

Menurutnya, pihaknya tetap mendukung fungsi dan manfaat dari program pemerintah.

Karena tujuannya ini untuk membantu umat dan memudahkan prosesinya.

Selain itu, kata dia, selain membantu umat, juga bisa memberdayakan masyarakat setempat.

Sehingga, ada manfaat dari perekonomian di sekitar desa tersebut.

"Artinya diberdayakan lah semua, termasuk warga setempat," ujarnya.

Disinggung mengenai ada rencana krematorium tersebut akan diplot menjadi tempat wisata tematik, Subagia mengaku sangat masuk akal.

Sebab, selain menjadi tempat kegiatan upacara, satu sisi juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata.

"Apalagi tempatnya strategis. Yang jelas semoga nanti pemerintah mengambil inisiatif untuk membentuk pengelolannya atau yang bertanggungjawab. Tujuannya agar tidak ada permasalahan, seperti kesan saling klaim satu sama lain. Karena hal ini adalah untuk umat," ungkapnya.

"Intinya jangan sampai ada kesan saling klaim, apalagi masuk kelompok maupun golongan tertentu nantinya. Karena ini milik umat dan dimanfaatkan oleh umat untuk melaksanakan prosesi Pitra Yadnya," tegasnya. (*)

Kumpulan Artikel Jembrana

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved