Berita Badung

LPEI Genjot Peluang Ekspor Lada Sambas Lewat Program Desa Devisa

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank yang sebelumnya ikut memamerkan UMKM hasil binaannya

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Fenty Lilian Ariani
Tribun Bali/ I Komang Agus Aryanta
LPEI saat melakukan peluncurkan Desa Devisa Lada Sambas beberapa waktu lalu. 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank yang sebelumnya ikut memamerkan UMKM hasil binaannya, terus berupaya untuk menggenjot peluang ekspor. Bahkan kali ini produk petani berupa Lada Sambas yang ada di seluruh Indonesia mulai di pasarankan ke luar.

Ekspor Lada Sambaa itu dilakukan dengan meluncurkan Desa Devisa Lada Sambas, Jumat 9 Desember 2022 lalu. Program Desa Devisa ini merupakan proyek kolaborasi Indonesia Eximbank bersama PT BNI (Persero) dan rumah BUMN Wilayah Kalimantan Barat.

Dalam siaran pers LPEI pada Jumat, 16 Desember 2022 peresmian tersebut disampaikan dalam acara Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) di Pontianak, Kalimantan Barat. Bahkan kegiatan tersebut disaksikan secara daring oleh Menteri Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Menteri Badan Usaha Milik Negara, beserta Gubernur Kalimantan Barat.

Direktur Hubungan Kelembagaan LPEI Chesna F. Anwar mengungkapkan bahwa salah satu pendekatan yang diambil oleh Lembaga untuk membentuk Desa Devisa. Hal ini dilakukan untuk mengeskalasi peluang ekspor komoditi-komoditi unggulan berbagai daerah sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani di Indonesia.

"Kolaborasi LPEI dengan institusi lain diharapkan dapat memperkuat program pendampingan 
yang akan diberikan kepada para petani lada Sambas sehingga dapat mempercepat tercapainya mandat kami untuk memperkuat ekspor nasional,” ujar Chesna.

Desa Devisa Klaster Lada Sambas akan mendampingi sebanyak 629 petani lada yang memiliki lahan produktif seluas 213 hektar. Bahkan  kapasitas produksi ada sebanyak 200 ton biji kering per tahun. 

"saat ini lahan itu berada di dua belas desa di Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, antara lain Desa Sendoyan, Sulung, Penakalan, Sekuduk, Piantus, Setalik, Parit Raja, Perigi Landu, Senujuh, Perigi Limus, Semanga, dan Sepantai," bebernya.

Lada Sambas sendiri memiliki keunikan berupa karakteristik cita rasa dan aroma khas. Keunggulan ini menjadi modal bagi lada Sambas untuk merambah pasar ekspor, ditambah dengan pendampingan dan pelatihan yang diberikan kepada petani dan koperasi untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sehingga mampu memproduksi lada yang lebih berkualitas dari yang lain. 

"Sementara melalui Koperasi Srikandi Jaya Sambas lada Sambas saat ini telah di pasarkan dalam bentuk olahan lada bubuk dengan merk “Batu Layar” dan telah menembus pasar Malaysia," ungkapnya.

Lebih lanjut Chesna mengatakan, pelatihan yang diberikan kepada petani dan koperasinya akan dilakukan secara berkesinambungan hingga produk lada Sambas menembus pasar internasional.

"Kedepannya, LPEI juga akan terus bersinergi membangun desa-desa melalui Program Desa 
Devisa untuk mendorong partisipasi masyarakat desa dalam rantai ekspor global. Kami harap 
melalui program ini banyak desa di Indonesia dapat menghasilkan devisa dan berkontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi negara melalui kegiatan ekspor," imbuhnya sembari mengatakan tujuan Desa Devisa adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta daya saing 
komoditas yang sesuai dengan standar ekspor. Selain itu dapat memberikan dampak bagi 
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved