Hari Raya Galungan

Nampah Kebo Jelang Hari Raya Galungan, Desa Pandak Gede, Tabanan, Bali, Potong Delapan Ekor Kerbau

Tradisi nampah kebo atau kerbau masih dilakukan oleh masyarakat Desa Pandak Gede Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan jelang Hari Raya Galungan.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Kartika Viktriani
Ist
Tradisi Nampah Kebo yang dilakukan Desa Pandek Gede sebelum penampahan Galungan. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Tradisi nampah kebo atau kerbau masih cukup lestari bagi masyarakat Desa Pandak Gede Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan.

Sebanyak delapan ekor kerbau dipotong kemudian mepatung atau dibagi-bagi kepada mayoritas masyarat di sana.

Hal ini disampaikan Perbekel Desa Pandak Gede, I Gusti Ketut Artyasa, Senin 2 Januari 2022.

Pria yang akrab disapa Ajik Ngurah Boby itu mengatakan, bahwa Tradisi Nampah Kebo merupakan tradisi yang ada di Desa Pandak Gede yang sudah ada sejak dahulu kala.

Tradisi ini dilakukan sebelum hari penampahan galungan atau pada hari Minggu 1 Januari dan Senin 2 Januari 2023.

Alasan dilakukan sebelum penampahan Galungan, dikarenakan saat penampahan galungan warga desa menjalani kegiatan upacara menyambut hari kemenangan Dharma melawan Adharma itu.

“Kami lakukan kemarin dan hari ini. Kami lakukan sebelum penampahan Galungan. Karena saat penampahan Galungan ada kegiatan seperti mebanten, sembahyang, rapat di banjar dan lain lain. Dan memang tradisi ini sudah dilakukan sejak dahulu kala,” ucapnya, Senin 2 Januari 2023.

Dijelaskannya, bahwa kerbau yang dipotong atau disembelih itu diperoleh dari petani yang memelihara kerbau.

Sehingga tradisi ini selain untuk dikonsumsi dan alat upacara agama Hindu Bali.

Baca juga: Jualan Penjor, Muliani Warga Buleleng, Bali Raup Omset Jutaan Rupiah Jelang Hari Raya Galungan

Tradisi ini dapat membantu petani masyarakat Desa Pandak Gede.

Sebab, kerabu itu dibeli kemudian, masyarakat desa pandak gede membeli dalam perjujulan atau per porsi.

“Kami memang menganggap jika tidak menjalankan tradisi ini maka galungan seperti tidak lengkap,” tegasnya.

Ia menyebut, bahwa krama desa adat Pandak Gede, disituasi seperti sekarang hanya dapat melakukan penampahan kebo sebanyak delapan ekor.

Sedangkan biasanya 12 ekor kerbau. Dan Itu didistribusikan kepada sekitar 80 persen dari total 1.601 KK di Desa Pandak Gede.

“Untuk satu kerbau itu dibeli dari petani sekitar Rp 23 sampai Rp 25 juta tergantung ukuran. Sedangkan untuk perjujulan atau per porsi di jual atau dibeli masyarakat sekitar Rp 350 hingga Rp 400 ribu. Satu perjujulan itu sudah isi daging, tulang dan bagian kerbau lainnya,” bebernya. (ang).

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved