Imlek 2023

Patung Dewa-Dewi di TITD Ling Gwan Kiong Dibersihkan Jelang Tahun Baru Imlek

Patung Dewa-Dewi di TITD Ling Gwan Kiong Dibersihkan Jelang Tahun Baru Imlek

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Fenty Lilian Ariani
Ratu Ayu Astri Desiani
Pengurus TITD Ling Gwan Kiong saat membersihkan patung Chen Fu Zhen Ren, Minggu (15/1) 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Jelang tahun baru Imlek, sejumlah pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong membersihkan patung dewa-dewi, serta peralatan ibadah lainnya pada Minggu (15/1) pagi. Patung dibersihkan bertepatan saat dewa-dewi utamanya dewa dapur yang berstana naik ke surgawi pada Sabtu malam kemarin, untuk melaporkan perilaku baik dan buruk manusia di bumi.

Dari pantauan di TITD Ling Gwan Kiong, salah satu patung yang dibersihkan adalah Chen Fu Zhen Ren serta dua patihnya. Patung dibersihkan menggunakan air yang dicampur dengam berbagai macam kembang. Selain itu beberapa benda pusaka, altar hingga tempat untuk menancapkan dupa juga dibersihkan dengan suka cita. 

Humas Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong, Gunadi Yetial menuturkan, Chen Fu Zhen Ren merupakan salah satu leluhur etnis Tionghoa yang dipuja oleh umat Tri Dharma. Pihaknya meyakini Chen Fu Zhen Ren pernah ada di alam nyata, dan mendatangi Bali Utara pada abad ke-17. Chen Fu Zhen Ren masuk ke Bali Utara, dengan mengikuti serombongan pelaut dari China di bawah komando Laksamana Cheng Ho.

Patung Dewa-Dewi di TITD Ling Gwan Kiong Dibersihkan
Patung Dewa-Dewi di TITD Ling Gwan Kiong Dibersihkan

Kala itu, Chen Fu Zhen Ren dikenal sebagai seorang yang sakti. Bahkan menurut cerita turun-temurun, Chen Fu Zhen Ren lah yang menjadi arsitektur saat pembangunan kerajaan Mengwi yang saat ini dikenal dengan Pura Taman Ayun  sekitar tahun 1634.

"Menurut legenda, Chen Fu Zhen Ren arsitekturnya, karena beliau mengerti masalah feng shui. Saat pembangunannya selesai, terjadi sedikit kesalahpahaman. Sehingga Chen Fu Zhen Ren kembali ke Bali Utara, dengan diikuti dua prabunya yang berbentuk jelmaan harimau dan buaya.  Mereka lari hingga ke wilayah Buleleng barat. Sampai di selat Bali, di tengah lautan beliau moksa," tutur Gunadi. 

Kemudian sekitar tahun 1873, umat Tri Dharma membangun klenteng di Buleleng secara swadaya, dengan menjadikan Chen Fu Zhen Ren sebagai dewa utama yang disungsung. Klenteng mulanya dibangun di sekitar Jalan Erlangga, Kecamatan Buleleng. Namun karena tempatnya kurang representatif, TITD Ling Gwan Kiong pun dipindah ke areal yang kini dikenal dengan Eks Pelabuhan Buleleng, berdekatan dengan pantai. 

TITD Ling Gwan Kiong pun sebut Gunadi menjadi klenteng tertua di Bali, bahkan telah diusulkan oleh Pemkab Buleleng agar ditetapkan sebagai Cagar Budaya. "Sekarang usia klenteng ini genap 150 tahun. Sudah menjalani beberapa kali renovasi," katanya. 

Disinggung terkait perayaan Imlek tahun ini, Gunadi menyebut kali ini akan dirayakan dengan cukup meriah, diiringi dengan pertunjukan tarian barongsai serta kembang api. "Sejak dua tahun lalu, perayaan Imlek tertunda, artinya dilaksanakan  secara terbatas karena pandemi. Untuk tahun ini akan ada pertunjukan barongsai dan kembang api. Namun dengan tetap mematuhi protokol kesehatan," tandasnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved