Berita Tabanan
Bahar Tak Dilayani Akibat Pakai QR Code MyPertamina Teman Untuk Beli Solar
Pembelian solar bersubsidi dengan menggunakan QR code di aplikasi My Pertamina, dibekukan mulai 26 Januari 2023 kemarin.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Pembelian solar bersubsidi dengan menggunakan QR code di aplikasi My Pertamina, dibekukan mulai 26 Januari 2023 kemarin. Alhasil, pengemudi kendaraan atau sopir, khususnya angkutan barang dan orang, beramai-ramai melakukan pendaftaran. Sayangnya banyak kendala yang harus dialami saat pendaftaran. Utamanya masalah gagap tekhnologi para sopir. Menariknya, ada kisah dari seorang sopir material yang mengaku tak dilayani karena memakai QR Code milik temannya.
Untuk diketahui, bahwa dalam pendaftaran MyPertamina sendiri, maka nomor Plat dan jenis kendaraan akan tercantum dalam aplikasi. Pendek kata, satu QR Code hanya untuk satu kendaraan. Sehingga, ketika ada sopir menggunakan QR Code bukan untuk kendaraan maka tidak akan dapat dilayani.
Sopir truk itu adalah Bahar, asal Lombok Nusa Tenggara Barat. Dari pengakuannya, bahwa dirinya mengangkut material batu mengambil dari Kabupaten Buleleng untuk dibawa menuju ke Berawa, Canggu Kabupaten Badung. Di tengah perjalanan tepatnya di Tabanan, atau SPBU Abiantuwung dirinya hendak membeli solar subsidi. Namun, yang digunakan ialah QR Code milik temannya. Alhasil, ia pun tidak dilayani karena antara truk yang dibawa dengan QR Code berbeda.
“Tadi bawa pakai punya teman. Tapi gak dikasih (QR Code dan truk berbeda),” ucapnya, Jumat 27 Januari 2023.
Dengan begitu, Bahar pun akhirnya mendaftar di help desk atau kantor pelayanan MyPertamina di SPBU Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan. Dirinya mendaftar
dengan beberapa persyaratan yang sudah dicantumkan dalam pendaftaran.
“Ya ini makanya daftar. Karena buru buru ini mau kirim batu dari Buleleng ke Berawa,” jelasnya.
Kendala lain yang terpantau dalam pendaftaran untuk mendapatkan QR Code MyPertamina adalah gagap tekhnologi dari para sopir. Mulai dari handphone tidak mendukung, lupa password hingga kesalahan dalam pengunggahan syarat-syarat pendaftaran. Untuk syarat pendaftaran sendiri, adalah foto ktp, stnk dan kendraaan. Kemudian mengisi nomor handphone dan alamat. Nah, untuk foto stnk, ktp dan kendaraan maka harus discreenshot kemudian di Upload di aplikasi MyPertamina.
Informasi yang dihimpun, bahwa banyak sopir yang gagal melakukan pendaftaran dikarenakan kesalahan upload. Yakni menggunakan file asli bukan screenshot dari foto asli. Sehingga mulai pagi hingga sore ini, cukup banyak sopir truk atau kendaraan angkutan barang dan orang melakukan pendaftaran. Petugas MyPertamina pun tak henti-henti memberikan pelayanan.
Sopir lain yang mengalami kendala pendaftaran ialah I Gusti Ngurah Made Wijaya, 63 tahun, warga Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Wijaya merupakan sopir truk pasir. Yang biasa mengambil pasir di Kecamatan Kubu dan Sebudi di Karangasem. Ia juga mengalami kendala karena persoalan email. Dimana dulu dirinya pernah melakukan pendaftaran. Namun mendaftar dengan email petugas. Dirinya belum memiliki handphone yang mendukung untuk melakukan pendaftaran. Sehingga, saat ini, hanya bisa membeli sekitar Rp 135 ribu atau sekitar 20 liter per hari.
“Belum ke daftar karena ada masalah email katanya. Dan nanti dihubungi lagi. Sekarang cuma dapat beli Rp 135 ribu,” bebernya.
Sementara itu, Petugas MyPertamina SPBU Abiantuwung, Bagus Suarta mengatakan, bahwa syarat pendaftaran itu adalah foto ktp foto stnk dan foto kendaraan. Seluruh foto itu harus di screeen shot untuk kapasitas yang sesuai. Sebab, file asli sering kali gagal Upload karena melebihi ukuran. Kemudian, hasil screenshot itu diupload di sistem pendaftaran subsidi tepat MyPertamina. Atau di Aplikasi my Pertamina. Nah, Banyak konsumen yang tidak paham soal syarat dan ketentuan pendaftaran.
“Sebenarnya bisa dilakukan di rumah. Cuma banyak yang tidak paham dan gagal dalam pendaftaran,” ungkapnya.
Misalnya saja, sambungnya, kesalahan email, lupa password dan persoalan lainnya. Padahal, sejatinya ketika memang mengerti maka dapat dilakukan di rumah. Tapi, kebanyakan sopir atau konsumen memang kurang paham.
“Banyak memang yang kurang paham. Bahkan konsumen dengan usia lanjut itu banyak yang tidak memiliki hp minimal ialah support android,” jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.