Seni Budaya
11 Seniman Bali Pamerkan Karya Pada Sabdawarsa Art Exhibition
Suka cita alih warsa Imlek kali ini digelar secara istimewa di Denpasar, yang membangkitkan kembali tra-disi lama warga Tionghoa yang diredupkan semas
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Penanda pergantian tahun dalam kalender China, biasanya ditandai dengan perayaan sebagai rasa syukur dan doa pengharapan untuk keberuntungan, kebahagiaan, serta kelimpahan.
Dari sanalah Sabdawarsa Art Exhibition bermula, sebagai bagian dari tutur budaya tentang kemuliaan pergantian tahun.
Suka cita alih warsa Imlek kali ini digelar secara istimewa di Denpasar, yang membangkitkan kembali tra-disi lama warga Tionghoa yang diredupkan semasa Orde Baru.
Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud Luncurkan Buku - Film Pendek untuk Jaga Kelestarian Budaya dan Alam
Baca juga: Kunci Jawaban IPA Kelas 10 Semester 2 Halaman 168 169, Ayo Berlatih: Klasifikasi Makhluk Hidup

"Dari sinilah pameran ini berawal untuk merayakan kebersamaan, menggemakan persatuan dalam keragaman, saling menghargai dan menghormati, serta menjunjung rasa setia kawan, gotong royong, empati juga toleransi," kata Ketua INTI Bali Putu Agung Prianta, disela pembukaan Sabdawarsa Art Exhibition pada Jumat 17 Februari 2023.
Ia menambahkan, bahwa pameran ini terinspirasi suasana perayaan Festival Imlek Bersama 28-29 Januari 2023 lalu yang digelar Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali bersama Pemkot Denpasar di kawasan Titik Nol Denpasar yakni seputar Patung Catur Muka, Lapangan Puputan Badung, hingga Jalan Gajahmada.
Perayaan Imlek seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya di sepanjang sejarah Pulau Dewata.
Kendati sudah sejak lama Tahun Baru Imlek juga menjadi bagian dari tradisi warga Tionghoa di Pulau Dewata yang oleh semeton Bali disebut dengan Galungan China.
Pun penghargaan terhadap budaya Tionghoa di Bali dan Nusantara telah berlangsung selama berabad-abad.
Hal itu dapat dibuktikan melalui akulturasi budaya yang kita jumpai hingga saat ini, baik dalam peranti rumah tangga, kuliner, arsitektur, maupun di berbagai cabang seni.
Pengalaman berinteraksi lintas budaya tersebut menyiratkan perasaan suka cita memasuki gerbang Imlek 2574, disebut pula dengan Tahun Kelinci Air, yang membentangkan peluang dan harapan untuk mengga-pai kesejahteraan dan kemakmuran.

"Semoga pameran ini memberikan sumbangsih serta memantik semangat berbangsa dan bermasyarakat dalam satu ikatan Bhinneka Tunggal Ika," ujar Agung Prianta.
Pada Sabdawarsa Art Exhibition dipamerkan sebanyak 17 karya seni yang di buat oleh 11 artist ternama Bali diantaranya D. Tjandra Kirana, I Gusti Nyoman Widnyana, Ipphing, Made Wiradana, Made Duatmika, Romi Sukadana, Made Kaek, V. Dedy Reru, Wayan Redika, Wayan Sujana Suklu dan Wayan Trisnayana.
"Persiapan ini hanya 4 sampai 5 hari tapi yang penting action, do it melaksanakan pameran ini tujuannya. Ada 17 karya dari 11 artist tentunya mereka (artist) datang ke acara Festival Imlek Bersama," ujarnya.
Sementara itu, Tjandra Kirana menyampaikan bahwa ini adalah salah satu pameran kebudayaan Bali dan China bagus untuk pameran Nusantara kita.
"Dari segala bentuk kita bisa pamerkan di JHub Art Space ini. Kita menginginkan generasi muda tetap mendukung program ini (akulturasi dua budaya pada karya seni) agar cita-cita kita bisa tercapai dengan baik," ucap Tjandra Kirana.
Sabdawarsa Art Exhibition akan berlangsung hingga 4 Maret 2023 dan dapat dikunjungi masyarakat umum mulai pukul 10.00-17.00 WITA di JHub Art Space, Jimbaran Hub, Jl. Karang Mas, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung.(*)
TARI Sakral Sanghyang Dedari Hanya Boleh Gadis Belum Mens yang Menari, Wujud Hadirnya Berkah Dewa |
![]() |
---|
JAGA Warisan Atraksi Agar Tetap Lestari, Peserta Makepung Bupati Cup 2025 Nambah, Ribuan Penonton! |
![]() |
---|
SAKRAL Tari Sanghyang Dedari dari Banjar Behu Nusa Penida, Kini Diperjuangkan Jadi Warisan Dunia! |
![]() |
---|
Karya Mamungkah Ngenteg Linggih Lan Mapadudusan Agung Merajan Tengah Griya Cucukan Klungkung Bali |
![]() |
---|
SLF 2025 Kembali Hadir, Angkat ‘Buda Kecapi’ sebagai Napas Sastra Kontemporer |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.