Berita Karangasem
Cuaca Tak Bersahabat, Petani Garam di Amed Karangasem Bali Tak Berproduksi Sejak November 2022
Cuaca sedang tak bersahabat, petani garam di Amed, Karangasem, Bali, tak berproduksi sejak November 2022.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Putu Kartika Viktriani
AMLAPURA, TRIBUN-BALI.COM - Petani garam di Pesisir Pantai Amed, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali sementara tak beroperasi lantaran cuaca yang masih belum bersahabat.
Seperti hujan, angin kencang, hingga gelombang tinggi.
Kondisi ini sudah terjadi dipertengahan November 2022 hingga hari ini, 19 Februari 2023.
Ketua Komunitas Masyarakaat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Garam Bali Purwakerti, I Nengah Suanda, mengungkapkan, petani mulai tidak produksi garam sejak pertengahan November.
Pemicunya karena hujan cukup lebat dengan intensitas lama.
Kondisi ini sangat menganggu produksi garam para petaninya.
"Dari pertengahan November tidak berproduksi. Pemicunya karena hujan cukup lebat. Kemungkinan petani garam akan kembali produksi pada bulan Agustus hingga November 2023. Biasanya di bulan itu cuacanya bagus," kata Suanda, pada Minggu 19 Februari 2023.
Suanda menambahkan, sebagian besar anggota MPIG saat ini bekerja di luar untuk sementara.
Diantaranya menjadi peternak, nelayan, butuh bangunan, dan ada juga yang menyortir serta mengemas stok garam yang ada.
Baca juga: Cuaca Tak Bersahabat, Hasil Panen Petani Garam Turun
Kemungkinan stok garam yang ad di gudang cukup untuk beberapa bulan ke depan. Pengiriman masih aman untuk kedepannya.
"Selama produksi kita bisa hasilkan seekitar 30 ton. Biasanya setiap bulan kita melakukan pengiriman hingga 1 - 2 ton. Pengiriman sekitar beberapa daerah. Seperti Jawa Barat, dan Jakarta. Ada juga pelanggan setiap bulan. Seperti Hotel disekitar Karangasem serta Bali," tambahnya.
MPIG terus berupaya menghidupkan kembali aktivitas bertani garam.
Diantaranya mengajak warga untuk melestarikan garam.
Saat ini petani garam di Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali, ada sekitar 20 orang.
Sedangkan lahan garam pertanian yang tersisa 1 hektare lebih.
Sebagian besar lahan terkikis karena maraknya hotel & restaurant.
Selain di Purwakerti, petani garam di kecamatan lain juga tidak berproduksi untuk sementara.
Seperti petani garam di Kecamatan Kubu, Kecamatan Abang, dan Kecamatan Manggis.
Untuk harga garamnya bervariasi tergantung lokasi.
Kemungkinan petani garam kembali beraktivitas setelah cuaca mulai bersahabat.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.